Dinamika Syi'ar Islam di Korea Selatan

Kehadiran Islam dapat diverifikasi di Semenanjung Korea berawal dari abad ke-9 selama periode Silla Bersatu, bersama dengan datangnya para pedagang dan navigator asal Persia dan Arab.

Dinamika Syi'ar Islam di Korea Selatan
Republik Korea, atau yang lebih dikenal dengan Korea Selatan, mencakup bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara berbatasan dengan Korea Utara (Korea Selatan & Korea Utara pernah bersatu hingga tahun 1948).

Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Laut Kuning, Jepang, yakni berada di seberang Laut Jepang atau disebut 'Laut Timur' oleh orang Korea, serta selat Korea yang berada di bagian Tenggara. Sedangkan Ibukota Korea Selatan adalah Seoul.


Awal Masuknya Islam

Kehadiran Islam dapat diverifikasi di Korea berawal dari abad ke-9 selama periode Silla Bersatu, bersama dengan datangnya para pedagang dan navigator asal Persia dan Arab.

Menurut geografer di kalangan muslim, termasuk Ibnu Khurdadhbih (seorang penjelajah dan ahli geografi muslim Persia abad ke-9), bahwa banyak dari mereka yang tinggal menetap di Korea, dan membangun pemukiman muslim. Beberapa catatan menunjukkan bahwa banyak dari pemukim berasal dari Irak. Pada gilirannya, mereka pun menikah dengan wanita Korea.

Hubungan perdagangan antara dunia

Islam dan semenanjung Korea dilanjutkan oleh Kerajaan Goryeo sampai pada abad ke-15 Masehi. Akibatnya, sejumlah pedagang Muslim dari Timur Dekat dan Asia Tengah menetap di Korea, menikah dan berketurunan di sana. Setidaknya, satu klan utama Korea, keluarga Chang yang menetap di desa Toksu mengklaim bahwa keturunannya berasal dari keluarga Muslim. Beberapa Muslim Hui dari Cina juga tampaknya telah tinggal di Kerajaan Goryeo.

Pada 1154 Masehi, Korea termasuk dalam peta dunia seorang geografer Arab, Muhammad al-Idrisi, Tabula Rogeriana. Peta tertua dunia Korea, Kangnido, menarik pengetahuan dari Kawasan Barat dari karya geografi Islam. Kontak kecil dengan masyarakat mayoritas Muslim, khususnya Uighur, berjalan terus dan semakin dekat.

Satu kata untuk Islam dalam bahasa Korea, Hoegyo berasal dari Huihe nama bahasa Tionghoa tua untuk Uighur. Setidaknya dua orang Uighur tinggal di Korea saecara menetap dan menjadi nenek moyang dari dua klan Korea.

Selain itu, pada periode awal Joseon, penanggalan IsIam sudah berfungsi sebagai dasar untuk kalender yang lebih akurat dari kalender Cina yang ada. Penerjemahan Korea dari Huihui Lifa, sebuah teks yang memadukan astronomi Cina dengan astronomi Islam, dipelajari di Korea di bawah Dinasti Joseon pada masa Sejong yang Agung pada ahad ke-15. Tradisi astronomi Cina-Islam bertahan di Korea sampai awal abad ke-19. Namun, karena isolasi politik dan geografis Korea selama periode Joseon, Islam sempat menghilang di Korea dan diperkenalkan kembali pada abad ke-20.

Islam diperkenalkan ke Korea oleh Brigade Turki yang datang untuk membantu Korea selama perang. Sejak itu, Islam terus tumbuh di Korea dan diadopsi oleh kalangan penduduk asli Korea yang cukup signifikan.

Islam diperkenalkan ke Korea oleh Brigade Turki yang datang untuk membantu Korea selama perang. Sejak itu, Islam terus tumbuh di Korea dan diadopsi oleh kalangan penduduk asli Korea yang cukup signifikan.

Seoul Central Mosque

Seoul Central Mosque adalah masjid pertama di Korea Selatan adalah Seoul Central Masjid and Islamic Center yang berada di kota Itaewon. Arsitekturnya yang khas itu membuat wisatawan akan dengan mudah mengenali masjid ini. Di pintu utama terdapat tulisan 'Allahu Akbar' yang cukup besar. 


Masjid itu juga dikatakan satu-satunya masjid kota yang jika hujan tiba berubah menjadi kota sejuta payung. Bagi warga setempat dan non muslim, masjid ini merupakan titik destinasi wisata karena keindahan arsitekturnya.

Kaum muslimin yang tinggal di Seoul lebih mengenal sebagai Masjid Itaewon. Masjid Itaewo selalu penuh setiap hari Jumat, tidak kurang dari 500 Jamaah shalat Juma’t dari dalam Masjid sampai hingga ke halaman Masjid. Setelah shalat Juma’t, biasanya banyak orang berkelompok sesuai dengan kebangsaannya (para mahasiswa dari Indonesia atau Malaysia yang jumlahnya lebih dominan dibandingkan dengan para mahasiswa Muslim dari Negara lainnya).

Cecep Syamsul Hari dalam situs koreana.or.kr menjelaskan setiap hari Juma’t, wajah-wajah Muslim dari kalangan imigran asal Asia Tenggara dan Timur Tengah, dan komunitas Muslim asli warga Seoul ini mudah ditemukan di Masjid Itaewon dan sekitarnya. Adapun khutbah jurmat disampaikan dalam tiga bahasa, dan tiga khatib yang bergiliran menyampaikan. Satu orang berasal dari Pakistan, seorang dari Indonesia, dan yang lainnya Korea sendiri.

Khutbah pertama menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. khutbah kedua disampaikan yang isinya dalam bahasa Korea. "Khutbah dalam tiga bahasa itu betul-betul sangat mem-bantu jamaah shalat Juma’t. Apalagi pengurus masjid menyediakan buletin gratis yang berisi khutbah dalam tiga bahasa itu," tandasnya.

Mushala di Kampus-kampus

Pada tahun 2010, Universitas Kookmin telah membangun tempat ibadah untuk Muslim berukuran 40 meter persegi. Ruang ibadah tersebut untuk 86 siswa dari negara-negara Muslim yang belajar di sana di bawah nama Saudi Club.


Begitupun dengan Kyung Hee University, ia menyediakan ruang doa untuk sekitar 60 siswa Muslim. Sementara itu, Sungkyunkwan University baru membangun sebuah ruang doa khusus di asramanya pada tahun 2013, yang digunakan oleh sekitar 170 siswa dari negara-negara Muslim.

Setelah Korean Wave mencoba merekrut mahasiswa dari negara-negara Universitas Korea juga melakukan upaya untuk memenang-kan hati umat Islam. Selain itu, Universitas Sejong juga mulai menyediakan tempat ibadah bagi mahasiswa Muslim di ruang bawah tanah asrama dan menyediakan menu makanan halal.

Seorang warga Pakistan yang bekerja pada gabungan guru dan program doktor dalam studi konten digital di Sejong University, Aslan seperti dilansir OnIslam (14/5) mengatakan dengan disediakan tempat ibadah maka ia dan 50 mahasiswa Muslim di Univeisitas dapat melakukan ibadah secara damai dan bebas lima kali sehari.

Mengadaptasi Sistem Halal UEA

Korea Selatan akan mengadaptasi sistem halal Uni Emirat Arab (UEA) yang diharapkan bisa menjadi katalis perdagangan produk hewan. "Program sistem sertifikasi halal UEA akan dikenalkan di Korea Selatan. Kami harap produk-produk Korea Selatan akan makin populer di UEA," ungkap Duta Besar Korea Selatan untuk UEA Kwon Hae-ryong seperti dikutip The National, Selasa (1/9).

Korea Selatan bahkan membuka Kantor Pusat Perdagangan Agro Korea di Abu Dhabi. Kantor ini akan bertukar informasi mengenai sertifikasi halal dengan Otoritas Standardisasi dan Metrologi Emirat (Esma). "Perdagangan kedua negara sangat intensif. Permintaan produk-produk Korea Selatan juga meningkat dari tahun ke tahun," kata Presiden CEO Korea Agro-Fisheries and Food Trade Corporation Kim Jae-soo.

Wisata Halal di Korsel

Pada 2014 Negeri Ginseng berhasil mencapai jumlah pengunjung 1.4 juta wisatawan, sebanyak 750 ribu di antaranya adalah Muslim. Tingginya minat Muslim yang berwisata ke Korsel mem-buat negara itu terus berbenah, salah satunya menghadirkan restoran halal.

Pada 2017 nanti Korsel mengincar sekitar 20 juta wisatawan Muslim untuk berkunjung ke negara itu. Korea Selatan pun terus berupaya menarik perhatian wisatawan Muslim dari berbagai negara di dunia. Karenanya, mulai tahun 2016 kota metropolitan di Korsel akan memiliki restoran masakan Korea yang bersertifikat halal. Saat Korsel baru memiliki lima restoran halal bersertifikat.

Restoran baru akan dibuka di Daegu dan akan menjadi restoran kedua yang menawarkan menu halal Korea, setelah satu resto di kawasan Itaewon, Seoul. "Kami melihat beberapa Muslim Korea juga tertarik membuka restoran halal Korea," kata seorang pejabat kota, beberapa waktu lalu, seperti dikutip laman Muslim Village.
Pemerintah kota pun menyambut hangat rencana tersebut. Restoran di Daegu itu berencana mendapatkan sertifikasi halal dari Malaysia. Menu Korea di restoran ini, termasuk bulgogi, bibimbap, dan ikan bakar.

"Kami berencana mendukung pembukaan restoran halal tahun depan dengan memberikan bantuan dana dan dukungan lainnya kepada mereka, "katanya. Menurutnya, ada tiga pemasok bahan makanan yang juga akan membuka tempat di restoran tersebut.

Jumrah.com