Mewaspadai Rencana Setan di Pergantian Tahun

Mewaspadai Rencana Setan di Pergantian Tahun
TAHUN baru merupakan moment yang ditunggu-tunggu oleh banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Seluruh kalangan menyambutnya dengan gembira, termasuk di dalamnya umat Muslim di Indonesia. Namun, tanpa mereka ketahui, malam Tahun baru adalah waktu di mana setan menggencarkan strategi mereka dalam menyesatkan manusia.

Komunitas setan telah bekerja keras bertahun-tahun  untuk menyesatkan manusia, tidak terkecuali masyarakat Muslim Indonesia. Hingga akhirnya, mereka berhasil juga menjerumuskan masyarakat Muslim Indonesia ini ke dalam pesta ala mereka. Ilustrasi berikut ini mungkin bisa membantu kita untuk memahami kenapa hampir mayoritas masyarakat Msulim di negeri ini terjerumus ke dalam jurang tipu daya setan yang di tahun 70an kita belum melihatnya separah apa yang kita saksikan pada beberapa tahun belakangan ini.

Pada suatu hari, Iblis mengumpulkan komunitasnya sambil berkata kepada mereka :

"Kita harus bekerja keras agar anak-cucu Adam di Indonesia ini mau menjadi pengikut dan budak kita. Kita harus buat strategi yang jitu sehingga mereka suatu saat beramai-ramai tidak menyadari kekeliruan yang mereka lakukan dan bahkan merasakan kenikmatannya dan mengira itu adalah suatu kebenaran atau sah-sah saja."


Strategi itu ialah, kita tidak mungkin memulai dengan melarang mereka ke masjid-masjid, membaca dan mempelajari Al-Qur’an, belajar Islam. Kita tidak mungkin melarang mereka berzikir dan membangun hubungan dengan Allah dan nabi mereka Muhammad. Kalau ini yang kita lakukan, kita akan kehabisan energy dan mereka tidak mungkin dapat dikalahkan.

Sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke masjid pada saat tertentu seperti hari jumat, idul fitri dan iedul adh-ha. Di tengah-tengah itu, dorong mereka agar menggunakan syahwat harta, tahta dan wanita. Bagi yang tidak kebagian, dorong syahwat pesta pora dan ingin bersenang-senang.Nah, malam tahun baru masehi adalah waktu yang paling pas untuk memobilisasi mereka terjerumus ke dalam perangkap kita.

Pada dasarnya, kata Iblis lagi; sibukkan kaum Muslimin di negeri ini dengan hal-hal yang tidak bermutu, dorong mereka untuk menghabiskan waktu dan uang pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan bahkan sampai ke tingkat mubazir, seperti terompet, petasan dan kembang api. Kalau kita sudah berhasil menciptakan kondisi seperti itu, berarti kita sudah menang dan mereka sudah menjadi saudara-saudara kita. (QS.Al-Isra’ : 27).

Agar strategi kita kuat dan berpengaruh jangka panjang, kita perlu meningkatkan kinerja. Berbagai daya tarik perlu diciptakan. Berbagai alternatif perlu ditawarkan dan berbagai langkah perlu dijalankan. Di antaranya :

Upayakan mereka hidup konsumtif dan hidup dalam berhutang dan berhutang (kredit dan kredit). Dorong mereka bekerja keras untuk mencari uang sepanjang hari, kalau perlu sampai larut malam dan buat alasan kerja itu ibadah. Kalau bisa, dorong mereka bekerja 10 -12 jam perhari, 6-7 hari perpekan dan begitulah sepanjang tahun.

Bangun angan-angan dan janji-janji kosong dalam benak mereka untuk jadi orang kaya, punya uang banyak, rumah besar, kendaraan mewah, anak-anak harus sekolah di sekolah-sekolah mahal. (QS.Annisa’ : 120 dan Al-Isra’ : 64)

Jangan sampai mereka punya waktu yang cukup untuk anak-anak dan istri-istri mereka, dengan alasan bekerja keras untuk membahagiakan mereka. Demikian juga upayakan agar tidak ada waktu silaturahmi dengan orang tua dan karib kerabat mereka dengan alasan sedang sibuk meniti karir dan mencapai kebebasan financial.

Buatlah mereka seakan-akan sangat sibuk dengan urusan yang besar-besar. Bangun dalam diri mereka kebanggaan pada kemewahan hidup dunia, seperti mobil, rumah, teknologi komunikasi dan berbagai sarana kemewahan lainnya. Dorong gengsi mereka setinggi-tingginya terhadap semua materi, dan mereka harus menjadi angkuh dan sombong.

Untuk itu, lalaikan mereka dengan berbagai bentuk hiburan seperti musik, video, sinetron, film, party dan sebagainya. Dengan demikian, mereka akan menjadi orang yang lalai mengingat Allah dan berorientasi duniawi dan tidak ingat lagi kematian dan akhirat.

Terkait wanita wanita Muslimah, rangsang mereka untuk keluar rumah dan meninggalkan anak-anak mereka, baik dengan alasan bekerja maupun dakwah, shopping atau arisan (silaturrahmi). Kembangkan dalam pikiran mereka semangat kompetisi tidak sehat dengan kaum pria. Ajarkan kepada mereka berbagai fashion dan teknis kecantikan fisik kendati harus merubah jenis kelamin mereka sendiri (QS. Annisa’ : 119).

Ajarkan mereka untuk selalu tidak puas pada pemberian suami mereka, baik terkait dengan harta maupun dengan nafkah batin. Pokoknya, buat mereka sibuk sesibuknya sehingga tidak ada waktu untuk melayani suami dan merawat anak-anak mereka secara sempurna. Dengan demikian, rumah tangga dan anak-anak mereka dijamin berantakan.

Inilah tugas kalian… Inilah tugas kalian… inilah tugas kalian, kata sang Iblis. Mendengar perintah tersebut, para setan serentak menjawab : Oke Bos… Kami akan lakukan…

Lalu Iblis berkata : Apa bukti kalian berhasil?

Salah satu setan senior menjawab : Lihat saja nanti saat menyambut tahun baru masehi… Bila mayoritas kaum Muslim tumpah ruah sambil berpesta pora ala kita dalam menyambut tahun baru masehi dan tidak ingat lagi sholat, tidak ingat lagi Allah, bahkan tokoh-tokoh dakwahnya sudah pada ikutan, saat itulah misi kita berhasil (QS.Al-Hijr : 39 -42)

Saudaraku,

Ini hanyalah sebuah ilustrasi, namun faktanya mungkin lebih dari itu. Untuk itu, sebagai umat muslim sudah seharusnya mewaspadai setiap langkah dan tipu daya setan. Tipu daya mereka sangat cerdik dan licik. Dan membahayakan kehidupan dunia dan akhirat kita. Allah berfirman :

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya."
"Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (27) Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf : 27 -28)

Kita sudah melihat bahwa sebagian besar strategi setan yang dilakukan pada tahun baru masehi ini sudahlah berhasil. Banyak diantara umat Muslim Indonesia yang pada akhirnya terhanyut dalam pesta pora tahun baru masehi yang sia-sia. Hingga akhirnya hidupnya dipenuhi dengan kemasiatan. Naudzubillah.


islampos.com


Mewaspadai Rencana Setan di Pergantian Tahun

Mewaspadai Rencana Setan di Pergantian Tahun
TAHUN baru merupakan moment yang ditunggu-tunggu oleh banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Seluruh kalangan menyambutnya dengan gembira, termasuk di dalamnya umat Muslim di Indonesia. Namun, tanpa mereka ketahui, malam Tahun baru adalah waktu di mana setan menggencarkan strategi mereka dalam menyesatkan manusia.

Ini Yang Dilakukan Rasulullah di Hari Jum’at

Ini Yang Dilakukan Rasulullah di Hari Jum’at
Jumat dianggap hari paling mulia dibanding hari lainnya. Pada hari itu pula seluruh umat Islam, khususnya laki-laki, berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan sholat Jum’at. Kemulian hari Jum’at ini dibuktikan dengan banyaknya ragam ibadah sunah yang dikerjakan khusus pada hari itu.

Dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melakukan aktivitas tertentu di hari Jum’at. Aktifitas tersebut tidak melulu bersifat ritual, semisal wiridan, do’a, sholat, dan sejenisnya.. Akan tetapi, beliau juga suka mengerjakan ibadah yang bersifat sosial.

Al-Suyuthi dalam kitabnya, ‘Amal Yaum wa Lailah, mengatakan:

ويقرأ بعد الجمعة قبل أن يتكلم: الإخلاص والمعوذتين (سبعا سبعا). ويكثر من الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم سوم الجمعة وليلة الجمعة.ويصلى راتبة الجمعة التي بعدها في بيته لا في المسجد. وما ذا يفعل بعدها؟ ويمشى بعدها لزيارة أخ أو عيادة مريض أو حضور جنازة أو عقد نكاح

“Nabi SAW membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas usai sholat Jumat sebanyak tujuh kali dan beliau juga memperbanyak sholawat pada hari Jumat dan malamnya. Ia juga mengerjakan shalat sunah setelah sholat Jum’at di rumahnya, tidak di masjid. Setalah itu apa yang dilakukan Nabi SAW? Beliau mengunjungi saudaranya, menjenguk orang sakit, menghadiri penyelenggaraan jenazah, atau menghadiri akad nikah.”

Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas sebanyak tujuh kali setelah sholat jum’at, serta memperbanyak sholawat. Usai membaca kalimat suci tersebut dan melantunkan do’a, biasanya beliau melakukan sholat sunah di rumahnya.

Hari Jum’at juga dijadikan Rasulullah SAW sebagai momentum untuk silaturahmi kepada sanak-famili. Semisal, mengunjungi orang-orang yang sedang sakit ataupun ditimpa musibah, membantu proses penyelenggaraan jenazah, atau menghadiri akad nikah. 

Wallahu a’lam. 

Ini Yang Dilakukan Rasulullah di Hari Jum’at

Ini Yang Dilakukan Rasulullah Di Hari Jum’at
Jumat dianggap hari paling mulia dibanding hari lainnya. Pada hari itu pula seluruh umat Islam, khususnya laki-laki, berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan sholat Jum’at. Kemulian hari Jum’at ini dibuktikan dengan banyaknya ragam ibadah sunah yang dikerjakan khusus pada hari itu.

Tentang Tanda Hitam di Dahi Bekas Sujud

Tentang Tanda Hitam di Dahi Bekas Sujud
Kepada redaksi Bahtsul Masail NU (Nahdatul Ulama) Online disampaikan sebuah pertanyaan bahwa ada yang mengatakan bahwa tanda kehitaman di dahi itu menunjukkan kesalehan seseorang. 

Sehingga seringkali kita jumpai orang-orang dengan sengaja menciptakan tanda hitam di dahinya dengan cara ketika bersujud menekan dahinya kuat-kuat sehingga menimbulkan semacam luka lebam yang membekas di dahinya. Apakah tindakan seperti dapat dibenarkan?

Biasanya orang yang memiliki tanda hitam di jdahinya itu sering diasumsikan sebagai orang yang rajin shalat sehingga dianggap sebagai perlambang kesalehan seorang muslim.

Namun sepanjang yang kita ketahui bersama, ukuran kesalehan seorang muslim tidak ditunjukkan dengan adanya tanda hitam di dahi sebagaimana dimaksud. Kesalehan selalu mengandalkan perilaku, akhlak, dan moralitas yang luhur. Kendati demikian tidak bisa dinafikan bahwa ada sebagian orang saleh memiliki tanda hitam di dahinya tetapi bukan tanda yang dibuat dengan sengaja tetapi lebih karena seringnya ia bersujud.

Tanda hitam di dahi diserupakan dengan tsafinatul ba’ir sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abi Darda` RA yang terdapat dalam kitab an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar karya Ibnul Atsir.

أَنَّهُ رَأَى رَجُلاً بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلَ ثَفِنَةِ الْبَعِيرِ فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا كَانَ خَيْراً يَعْنِي كَانَ عَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ السُّجُودِ وَإِنَّمَا كَرِهَهَا خَوْفاً مِنَ الرِّيَاءِ عَلَيْهِ.


Bahwa beliau melihat seorang laki-laki yang di antara kedua matanya terdapat tanda seperti tsafinatul ba’ir. Lantas beliau berkata, “Seandainya tidak ada ini maka ia lebih baik.” Maksudnya adalah di keningnya ada bekas sujud. Beliau tidak menyukainya karena khawatir hal tersebut menimbulkan riya. (Lihat Ibnul Atsir, an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Beirut al-Maktabah al-‘Ashriyyah, cet ke-1, 1426 H/2005 M, juz, I, h. 200).

 
Lantas apa makna tsafinatul ba’ir?


Sebelum menjelaskan maknanya terlebih dahulu kami sampaikan penjelasan Ibnul Atsir tentang makna dari kata tsafinah. Menurutnya makna kata tsafinah adalah bagian tubuh yang menempel tanah dari setiap hewan berkaki empat ketika menderum seperti lutut dan selainnya dan terdapat ketebalan sebagai bekas menderum.

Di samping itu mengenai tanda hitam di dahi sebagai bekas sujud yang terdapat dalam hadits riwayat Abi Darda` RA di atas ternyata tidak disukai karena dikhawatirkan akan menimbulkan riya pada pemiliknya. Dengan kata lain, jika dalam hatinya ada riya maka tidak diperbolehkan atau haram, karenanya harus dihilangkan.

Senada dengan hadits riwayat Abi Darda` ra adalah hadits riwayat Anas bin Malik RA yang menyatakan bahwa Rasulullah saw tidak menyukai seseorang yang memiliki tanda di antara kedua matanya sebagai bekas sujud.

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : إِنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ وَأْكْرَهُهُ إِذَا رَأَيْتُ بَيْنَ عَيْنِيهِ أَثَرُ السُّجُودِ


Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw bersabda, “Sungguh aku marah dan tidak menyukai seorang laki-laki yang ketika aku melihatnya terdapat bekas sujud di antara kedua matanya.” (Lihat, Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, Tafsir as-Sirajul Munir, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz, IV, h. 31).

Sedangkan mengenai orang yang secara sengaja membuat tanda hitam di dahi, misalnya ketika ia melakukan sholat bersujud dengan menekan dahi dan menggesekkannya di tempat sujud sehingga menimbulkan tanda hitam di dahi maka jelas tidak dibenarkan. Bahkan al-Biqa`i mengakui adanya sebagian orang-orang yang riya yang dengan sengaja membuat tanda hitam di dahi dari bekas sujud mereka. Padahal itu adalah salah satu identitas orang Khawarij.

وَلَا يُظَنُّ أَنَّ مِنَ السِّيمَا مَا يَصْنَعُهُ بَعْضُ الْمُرَائِينَ مِنْ أَثَرِ هَيْئَةِ السُّجُودِ فِي جَبْهَتِهِ فَإِذًا ذَلِكَ مِنْ سِيمَا الْخَوَارِجِ


"Tak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di dahi yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang Khawarij”.


(Lihat, Burhanuddin Ibrahim bin Umar al-Biqa`i, Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayat wal Atsar, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1415 H/1995 M, juz, IIV, h. 216).

Pernyataan ini setidaknya menjelaskan kepada kita bahwa salah satu perbuatan yang digandrungi kaum Khawarij adalah membuat tanda hitam di dahi dari bekas sujudnya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah ahli ibadah. Perbuatan kaum Khawarij seperti ini tentunya harus kita hindari.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Sebagai muslim mari kita menghindarkan diri dari sifat riya dalam hal ibadah karena itu merugikan kita sendiri.
 

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
(Mahbub Ma’afi Ramdlan)

www.nu.or.id
 

Meyakini Skenario Allah Selalu Berakhir Indah

Meyakini Skenario Allah Selalu Berakhir Indah
Dalam Al Qur'an Surat Ali Imran Allah SWT. berfirman:
"...Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada..." (QS. Ali Imran: 140).

Penggalan ayat suci Alquran tersebut seakan menegaskan bahwa kehidupan manusia ibarat roda yang terus berputar. Kegembiraan dan kesedihan datang silih berganti menghiasi hari-hari yang kita lalui. Sebagian dari kita merasa bahagia dengan nikmat yang sedang diterima dan sebagian lainnya dituntut untuk memperbanyak sabar dan istighfar atas musibah yang sedang menerpa.

Namun demikian, kondisi tersebut tidaklah abadi melainkan dapat berubah sesuai kehendak Sang Pencipta. Disinilah Allah SWT menggambarkan kekuasaan-Nya sekaligus mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi nikmat ataupun musibah yang sedang dihadapi.


Ketidaktahuan kita selaku manusia pada gambaran masa depan, terkadang membuat diri merasakan kekhawatiran yang berlebihan. Jika kita lebih dalam menyelami Al Quran, sesungguhnya rasa takut dan khawatir itu tak seharusnya muncul.

Allah SWT telah ‘membocorkan’ sedikit rahasia-Nya kepada manusia agar tetap tegar dalam menghadapi kehidupan. Allah SWT berfirman: 


"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60).
Doa merupakan senjata yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman dalam menghadapi seluruh permasalahan kehidupan. Namun demikian, tidak sedikit dari kita yang tidak sabar dalam menunggu terkabulnya doa-doa yang telah dipanjatkan.

Padahal, Rasulullah SAW, telah menjelaskan dalam sebuah Hadits bahwa


"Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak untuk memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan: Doanya akan segera dikabulkan, atau akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal." (HR. Ahmad).

Subhanallah, tiga kemungkinan dalam Hadits tersebut semuanya mengandung kebaikan dan pada hakikatnya, tidak ada yang mengetahui hal terbaik bagi manusia kecuali Allah Swt. Hal ini dapat kita analogikan dengan kondisi pengamen yang sedang mencari nafkah di jalanan atau warung-warung kaki lima.


Pengamen pertama baru memetik senar gitarnya dan melantunkan satu bait dari lagu yang didendangkan, saat itu juga kita langsung memberikan selembar uang kepadanya. Sedangkan pengamen kedua, harus rela berkeringat menarik suaranya guna menyelesaikan satu buah lagu bahkan lebih dan barulah kita memberinya uang yang diharapkan.

Dalam kasus pengamen pertama terdapat dua kemungkinan: a) kita merasa kasihan kepada sang pengamen sehingga kita mengambil sikap untuk segera membantunya, dan b) kita merasa terganggu dengan kebisingan yang dirasa sehingga kita memutuskan untuk segera menghentikan ketidaknyamanan tersebut.

Begitu juga dengan doa
, bisa jadi Allah SWT menganggap kita sebagai hamba yang taat lagi membutuhkan serta doa yang kita panjatkan dinilai telah memenuhi adab dan syarat dikabulkannya sebuah doa, maka Allah kabulkan permintaan kita dengan segera. Akan tetapi, boleh jadi Allah Swt merasa ‘bising’ dengan permintaan-permintaan kita yang kadang bersifat memaksa.

Dalam kondisi ini, Allah SWT kabulkan doa kita dan biarkan kita terbuai dengan kenikmatan sembari tetap melanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan. Inilah yang disebut oleh para ulama dengan istidraj.


Sedangkan pada kasus pengamen kedua, kemungkinan besar kita menikmati suara dan lantunan lagu yang dinyanyikan sehingga kita memintanya untuk menuntaskan lagu tersebut dan pada akhirnya memberikan upah dengan nominal yang lebih besar dari yang diminta.

Begitu juga dengan doa, tidak kunjung dikabulkannya doa yang kita panjatkan bukan berarti Allah SWT tidak mendengar dan menjawab doa kita tersebut, melainkan boleh jadi karena Allah Swt begitu sayang dan rindu akan munajat serta doa yang kita panjatkan di sela-sela tangis pada saat melakukan shalat malam dan ibadah-ibadah lainnya. Walhasil, Allah Swt mengabulkan doa kita lebih dari yang kita inginkan baik itu di dunia maupun di akhirat. Maka, yakinlah bahwa skenario Allah Swt itu indah.

Pada akhirnya, selaku hamba, kita dituntut untuk terus berdoa baik dalam suka maupun duka. Selain itu, kita juga tidak semestinya memaksa agar Allah Swt mengabulkan doa kita atau bahkan berburuk sangka kepada-Nya. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku bersamanya apabila dia memanggil-Ku. (HR. Tirmizi).

*) Abu Nashar Bukhari, Lc. Merupakan penerima manfaat Al -Azhar Scholarship Dompet Dhuafa lulusan dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Saat ini sedang menyelesaikan tesis di program Pasca Sarjana Universitas Al-Azhar.


republika.co.id

Meyakini Skenario Allah Selalu Berakhir Indah

Meyakini Skenario Allah Selalu Berakhir Indah
Dalam Al Qur'an Surat Ali Imran Allah SWT. berfirman:
"...Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada..." (QS. Ali Imran: 140).

Bolehkah Mengucap Selamat Tahun Baru Masehi?

Bolehkah Mengucap Selamat Tahun Baru Masehi?
Ucapan ini seakan-akan sudah menjadi rutinitas di saat tahun baru. Kurang afdhal rasanya menyambut tahun baru tanpa ucapan selamat.

Mengucapkan selamat tahun baru kepada keluarga, sahabat, ataupun orang terdekat lainnya sudah membumi dalam masyarakat. Kalimat ini keluar secara spontan ketika menjelang tahun baru, baik hijriyah maupun masehi.

Biasanya kalimat ini diiringi dengan doa dan harapan agar karir ataupun amal di tahun berikutnya lebih baik daripada tahun lalu. Ucapan ini seakan-akan sudah menjadi rutinitas di saat tahun baru. Kurang afdhal rasanya menyambut tahun baru tanpa ucapan selamat. 


(Simak : Kajian Ilmiah Seputar Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW)

Karenanya, bisa dimengerti bila begitu semangatnya netizen memberi ucapan selamat melalui media sosial atau secara langsung.

Lantas, bagaimana hukumnya mengucap selamat tahun baru? Mengingat tidak ada anjuran untuk perayaan pergantian tahun dalam Islam, mengucapkan ucapan tersebut bukan sebuah masalah.

Mengucapkan selamat tahun baru kepada keluarga, sahabat, ataupun orang terdekat lainnya sudah membumi dalam masyarakat. Kalimat ini keluar secara spontan ketika menjelang tahun baru, baik hijriyah maupun masehi. Biasanya kalimat ini diiringi dengan doa dan harapan agar karir ataupun amal di tahun berikutnya lebih baik daripada tahun lalu.

Ucapan ini seakan-akan sudah menjadi rutinitas di saat tahun baru. Kurang afdhal rasanya menyambut tahun baru tanpa ucapan selamat. Karenanya, bisa dimengerti bila begitu semangatnya netizen memberi ucapan selamat melalui media sosial atau secara langsung.

Kebiasaan semacam ini bukanlah sesuatu yang baru (bid’ah). Perihal ini sudah ada sejak dulu kala. Orang dulu juga terbiasa menyapa koleganya dengan “Selamat Tahun Baru” menjelang tahun baru datang. Meskipun tak dipungkiri, sebagian orang menafikan kebolehannya dan mengategorikannya sebagai perbuatan terlarang.

Terkait permasalahan ini, Imam As-Suyuthi dalam al-Hawi lil Fatawa menuturkan sebagai berikut.

أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة


Al-Hafidz Abu Hasan al-Maqdisi ditanya tentang hukum mengucapkan “Selamat  bulan baru dan tahun baru”, apakah bid’ah atau tidak? Ia menjawab, “Banyak orang berbeda pendapat mengenai hal ini. Menurut pendapat saya, hukumnya adalah mubah, tidak termasuk sunah ataupun bid’ah.”

Memberi ucapan selamat tahun baru terbilang masalah khilafiyah. Hukumnya masih diperdebatkan oleh para ulama. Karenanya, dibutuhkan kearifan dalam menyikapinya. Menurut Abu Hasan al-Maqdisi, seperti yang dinukil as-Suyuthi, hukumnya ialah mubah. Ia tidak termasuk perbuatan yang disunahkan dan tidak pula bid’ah.

Siapapun diperbolehkan mengucapakan kalimat ini. Terlebih lagi, bila ucapan tersebut dapat menambah keakraban di antara masyarakat. Orang yang sudah sekian lama tidak bertegur sapa, bisa jadi dengan adanya momen tahun baru, ucapan selamat bisa menjadi media baginya untuk berkomunikasi kembali. Wallahu a’lam.


jumrahonline | jumrah.com

Peristiwa Yang Menggetarkan Para Malaikat

Peristiwa Yang Menggetarkan Para Malaikat
Diriwayatkan, pada suatu malam Jibril AS menghantarkan Rasulullah menuju Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril tidak mendapat ijin untuk memasuki ke istana Allah Ta'ala maka Jibril hanya mengantarkannya sampai di gerbangnya. Dan berkatalah ia kepada Rasulullah untuk melanjutkan perjalanan tanpanya.

(Simak juga : Rekam Jejak Islam di Asia Tenggara)

Rasulullah pun berjalan perlahan dengan perasaan sangat takjub melihat keindahan istana Allah hingga tiba di hadapan Arsy (singgasana Allah)

Setelah sekian lama menjadi rasul, inilah pertama kalinya Muhammad SAW berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah SWT.


(Baca juga : Sejarah Perjalanan Haji di Masa Silam)

Sungguh, betapa indah dan agung peristiwa tersebut, begitu pula kalimat-kalimat yang terucap dalam percakapan antara Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Di hadapan singgasana Allah itu, Rasulullah pun berjalan mendekat lalu bersujud dan memberi salam (pujian) kepada Allah;

"Attahiyyaatul Mubaarakaatush Shalawatuth Thayyibaatu Lillaah"

yang artinya,

"Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat dan Kebaikan adalah milik Allah."

Kemudian Allah Ta'ala membalas dengan ucapan salam :

"Assalaamu'alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullaahi Wabarakaatuh"

"Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya"

Mendapatkan jawaban seperti ini, Rasulullah tidak merasa jumawa berbesar diri, bahkan Rasulullah tak melupakan umatnya, hingga  menjawab dengan ucapan :

"Assalamu 'Alainaa Wa'alaa 'Ibaadillaahish Shaalihiin."

"Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih."

Sebuah awal percakapan mulia itu adalah percakapan Tuhan dan seorang hamba, Sang Pencipta dan ciptaan-Nya yang saling memuliakan satu dengan yang lain. Dan betapa Rasulullah tetap melibatkan umatnya dalam percakapan tersebut, untuk mendapatkan perlindungan dari Allah Ta'ala bagi umat nya yang shaleh.


(Simak juga : Imperium Islam Andalusia Pengawal Renaisans di Eropa)

Melihat pertemuan yang diawali dengan saling mengucap salam ini, para malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan takjub. Setiap kalimat yang terdengar di sana menggambarkan betapa Allah Ta'ala memuliakan Muhammad, dan betapa tingginya Muhammad mengagungkan Allah Ta'ala.

Kemudian para malaikat pun mengucapkan kalimat syahadat dengan penuh keyakinan:

"Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah."

"Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya”

Rangkaian percakapan dalam peristiwa agung itu menjadi bagian dalam shalat yakni pada saat Tahiyat Awal dan Tahiyat Akhir. Selanjutnya kita mengikutinya dengan ucapan shalawat kepada Rasulullah sebagai pujian karena menyayangi kita, umatnya.

Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala all Sayyidina Muhammadin, ka ma shal-laita ‘ala Sayyidina Ibrahima wa ‘ala ali Sayyi­dina Ibrahima. Wa barik ‘ala Sayyidina Muham­madin wa ‘ala ali Sayyidina Muhammadin, ka-mabarakta ‘ala Sayyidina Ibrahima wa ‘ala ali Say­yidina Ibrahima. Fil ’alamina innaka hamidun majid...

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Berikanlah keberkahan ke­pada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah ke­pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha-Mulia."

Topik lainnya
1) Sosok Azazil Di Masa Pra Penciptaan Adam AS
2) Azazil, Kekasih Allah Di Masa Itu...
3) Kekhawatiran Malaikat dan Bumi Atas Penciptaan Adam
4) Antara Iblis, Malaikat dan Manusia
5) Rayuan Iblis Kala Bulan Madu Adam dan Hawa
6) Siapa Penghuni Bumi Sebelum Adam
7) Awal Kehidupan Adam Sebagai Penghuni Bumi
8) Kehidupan Adam Dan Hawa di Bumi

jumrahonline | jumrah.com

Awal Kehidupan Adam Menjadi Penghuni Bumi

Awal Kehidupan Adam Menjadi Penghuni Bumi
Bahkan Hewan pun Dibisukan Demi Adam
 

Di suatu hari, saat langit mulai terang dengan matahari yang bersinar di cakrawala, Adam mengamatinya dengan perasaan kagum. Hingga matahari semakin meninggi di cakrawala, Adam yang telanjang dan tanpa penutup kepala merasakan tubuhnya panas terbakar.

Ketika Jibril datang, Adam menceritakan tentang apa yang telah dialaminya. Saat itu Jibril mengusap kepala Adam, maka kemudian berkuranglah tinggi badan Adam sampai 35 dziro’.


(Simak sebelumnya : 'Para Penghuni Sebelum Adam)

Qotadah berkata:
"Jika Adam merasa haus maka ia meminum awan, dan diriwayatkan pula, jika rambut dan kuku Adam tumbuh panjang, Jibril datang dan memotongnya. Setelah itu bekas potongan tadi dikubur di bumi, maka Allah menumbuhkan pohon kurma di lokasi penguburan tersebut."

Oleh karena ini dikatakan; "mulyakanlah bibimu, yaitu kurma’.

Ibnu Abbas berkata:
"Selama 300 tahun Adam di bumi, ia tidak pernah melihat keatas karena malu kepada Allah Ta'ala, ia terus berdiam diri sembari menangis selama kurang lebih 100 tahun. Maka tumbuhlah rumput-rumput dari tetesan air matanya, burung-burung beserta hewan-hewan buas juga meminum tetesan air matanya itu."

Setelah Adam mengadukan kepada Jibril tentang apa yang dialaminya yang telanjang dan panasnnya terik matahari maka Jibril mendatangi Hawa dengan membawa seekor domba dari surga dan mengambil bulunya lalu diserahkanlah domba itu kepada Hawa.

Kepada Hawa Jibril mengajarinya cara membuat benang dari bulu, setelah dipraktekkan lalu Jibril mengajarinya menenun, maka Hawa pun menenun untuk dibuat selimut. Kemudian setelah selimut itu selesai dibuat Jibril berpaling dari Hawa dan membawa selimut kepada Adam, untuk menutupi tubuh Adam.

Meski pun demikian Jibril tidak menceritakan kepada Adam mengenai selimut itu, yang merupakan hasil dari tenunan Hawa. Kemudian kepada Jibril, Adam mengadu mengenai rasa lapar yang dialaminya. Selama 40 tahun tinggal di bumi Adam belum pernah makan atau pun minum.

Lalu Jibril pergi dan datang kembali membawakannya dua ekor sapi dari surga. Yang satu ekor berwarna hitam dan yang satu ekor berwarna merah. Kepada Adam, Jibril mengajar cara mengolah tanah dan bercocok tanam, setelah itu Jibril datang lagi membawakan secakupan gandum dan mengajari Adam cara menanamnya.

Suatu ketika, saat Adam membajak tanah, tibatiba satu dari dua ekor sapi itu berhenti. Adam pun memukulnya dengan tongkat yang ada ditangannya.

Kemudian dengan ijin Allah Ta'ala, sapi itu berkata kepada Adam; "Kenapa kamu memukulku?"

Adam menjawab: "Karena kamu tidak patuh padaku."

kemudian sapi itu kembali berkata ; "Allah benar-benar maha welas asih padamu Adam, karena tidak memukulmu di saat kamu tidak mematuhi-Nya."

Mendengar ucapan sapi itu Adam langsung menangis dan berkata: "Ya Allah, kenapa semua mencelaku? Sehingga para hewan pun begitu?"

Lalu Allah Ta'ala memerintahkan Jibril untuk mengusap lidah para hewan dan jadilah hewan-hewan menjadi tidak bisa bicara, bisu. Walaupun sebenarnya hewan-hewan itu bisa bicara sebelum Adam diturunkan ke bumi.


Menguji Kembali Kesabaran Adam

Saat Nabi Adam menanam benih gandum, seketika itu juga benih itu tumbuh, memiliki tangkai dan hari itu pula berbuah gandum. Kemudian kepada Adam, Jibril mengajarkan untuk menuainya. Maka Adam pun menuai gandum tersebut, dan dengan seksama ia membersihkan biji-biji gandum dari jerami di bantu oleh tiupan angin.

Lalu Adam bertanya kepada Jibril, "Apakah aku boleh memakannya sekarang?"

Jibril menjawab: "Tunggu dulu." Kemudian Jibril membelah dua batu gunung lalu menggiling biji-biji gandum dengan kedua batu itu menjadi lebih halus seperti tepung.

Adam bertanya lagi : "Apakah aku sudah bisa memakannya sekarang?"

Jibril pun menjawab, "Bersabarlah." Lalu Jibril pergi dan mendatangkan sepercik api dari jahanam, kemudian dicelupkan api itu ke ke dalam air sebanyak tujuh kali. Karena jika tidak demikian maka bumi beserta isinya akan terbakar.

Kemudian Jibril mengajarkan Adam cara membuat roti. Setelah menjadi roti, kembali Adam bertanya pada Jibril: "Apakah aku sudah bisa memakannya?".

Jibril menjawab: "Tunggulah sampai matahari terbenam maka jadi sempurna untukmu berpuasa."

Adam adalah manusia yang pertama kali melakukan puasa di muka bumi ini.

Setelah matahari terbenam, Adam meletakkan roti itu dihadapannya lalu Adam mengulurkan tangannya untuk mengambil secuil dari roti tersebut, namun roti tersebut malah bergerak dan jatuh dari atas gunung.

Adam pun mengejarnya menuruni gunung untuk mengambilnya kembali. Kemudian Jibril berkata kepada Adam, "Andaikata kamu mau bersabar maka roti itu akan mendatangimu sendiri tanpa kamu perlu mengejarnya."

Diceritakan bahwa sesungguhnya Adam ketika memakan roti itu, ia lalu menyimpannya hingga malam berikutnya.

Maka Jibril berkata kepadanya: "Andai kamu tidak melakukan itu maka tiada satu pun anak cucumu melakukan simpan menyimpan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan anak cucu Adam."


Karena Hak Muhammad, Allah Mengampuni Adam

Diceritakan, ketika Adam menikmati rotinya, ia merasakan haus. Kemudian ia minum air, setelah itu perutnya merasa mual dan melilit.

Saat Jibril mendatanginya, ia langsung mengadu, lalu Jibril menusuk untuk membuat lubang pada duburnya, seketika itu pula Adam mengeluarkan air kencing dan air besar melalui lubang itu.

Ibnu Abbas RA berkata: Ketika Adam lapar, ia lupa kepada Hawa dan teringat kembali saat ia telah merasa kenyang dan suatu hari ia bertanya kepada Jibril, ″Wahai Jibril, apakah Hawa masih hidup atau sudah mati?″

Jibril menjawab, "Ia masih hidup, bahkan keadaannya lebih baik daripada kamu karena dia ada di pantai dan menangkap ikan lalu dibuatnya makan."

Adam berkata, "Wahai Jibril, sungguh aku bermimpi bertemu Hawa pada malam ini."

Jibril berkata, "Wahai Adam, berbahagialah kamu, karena Allah tidak memperlihatkannya padamu kecuali dekat dengan pertemuan."

Ibnu Abbas berkata: "Ketika masa ujian Adam selesai lalu ia bertaubat, maka Allah menerima taubatnya." Yaitu pada firman Allah; "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah: 37)

Sebagian ulama berkata, Allah memberi ilham kepada Adam, lalu Adam mengatakan, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A’raf : 23).


Dan diceritakan, bahwa Adam berdo’a; “Ya Rabbi, dengan hak Muhammad ampunilah kesalahanku.”

Kemudian Allah menurunkan wahyu; “Bagaimana kamu mengetahui Muhammad padahal belum aku ciptakan?”

Adam menjawab: "Di saat Engkau menciptakan aku, aku mengangkat kepalaku dan aku melihat di pilar-pilar Arasy ada tulisan "La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah", maka aku mengetahui bahwa Engkau tidak akan mengaitkan nama Engkau kecuali dengan nama seorang mahluk yang engkau cintai.”

Lalu Allah menjawab; "Kamu benar Adam, maka Aku mengampunimu karena kamu berdoa kepada-Ku dengan hak Muhammad.”

Imam Tsa’labi berkata: "Kemudian Allah memberi wahyu kepada Adam; "Berjalanlah dari bumi Hindia menuju Mekkah dan thawaflah mengelilingi Al Bait lalu mintalah ampunan pada-Ku, maka Aku akan mengampuni kesalahanmu."

Diceritakan bahwa Allah menurunkan mutiara merah dari mutiara-mutiara surga sebesar Ka’bah dan itu adalah tempat batu putih yang membuat bumi menjadi panjang, yang didalamnya dijadikan bejana dari emas yang bersinar.

Lalu Allah mengutus malaikat untuk menemani Adam dan menjadi petunjuk serta memandu jalan menuju Mekkah dan diturunkan untuk Adam sebuah tongkat yang panjangnya 20 dziro’ dari pohon ‘garu’, yaitu pohon yang berada di surga.

Di saat Adam berjalan maka bumi menjadi terlipat dan setiap tempat yang terinjak telapak kaki Adam maka jadilah sebuah perkampungan/berpenduduk.

Di saat Adam memasuki Makkah maka Allah memberi wahyu agar Adam melakukan thawaf di Baitullah, lalu Adam melakukan thawaf selama tujuh kali dengan kepala terbuka dan telanjang badan maka hal itu jadi sunnah haji, setelah Adam melakukan hal itu maka Allah telah mengampuni kesalahannya dan menerima taubatnya, maka jadilah thawaf sebagai pelebur dosa.

Diceritakan dari Rasulullah bahwa rasul bersabda: "Sesungguhnya iblis yang laknat berkata; "Ya Rabbi, sungguh perilaku hamba-hamba-Mu sangat aneh, ada yang cinta pada-Mu, ada pula yang mendurhakai-Mu, ada yang benci padaku, ada juga yang taat padaku."

Lalu Allah menjawab; "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku menjadikan cinta mereka pada-Ku sebagai pelebur untuk taat padamu dan aku menjadikan bencinya mereka padamu sebagai pelebur kemaksiatan pada-Ku."

Wahhab Bin Munabbih berkata: "Saat Adam bertaubat Allah memerintahkan padanya agar keluar menuju tanah Arafah, setelah sampai di bukit Arafah, lalu Adam wukuf/berhenti sejenak/ mengheningkan cipta di sana setelah itu tiba-tiba Hawa ada dihadapannya, lalu mereka berkumpul di bukit itu, maka dari sinilah wukuf di Arafah menjadi kebiasaan haji.”

Dinamakan Arafah karena Adam dan Hawa bertemu disana, kemudian Adam tinggal di Mekkah sebentar, setelah itu mereka pindah menuju bumi Hindia. Diceritakan bahwa sejak turun ke bumi, Adam dan Hawa dipisahkan selama 500 tahun.


jumrahonline | jumrah.com

Awal Kehidupan Adam Menjadi Penghuni Bumi

Awal Kehidupan Adam Menjadi Penghuni Bumi
Bahkan Hewan pun Dibisukan Demi Adam
 

Di suatu hari, saat langit mulai terang dengan matahari yang bersinar di cakrawala, Adam mengamatinya dengan perasaan kagum. Hingga matahari semakin meninggi di cakrawala, Adam yang telanjang dan tanpa penutup kepala merasakan tubuhnya panas terbakar.

Siapa Para Penghuni Bumi Sebelum Adam?

Siapa Para Penghuni Bumi Sebelum Adam?
Ibnu 'Abbas RA berkata, "Ketika Allah Ta'ala telah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi, mengokohkan gunung-gunung, menggerakkan angin, menciptakan binatang-binatang liar dan berbagai jenis burung di gunung-gunung itu maka buah-buahan mengering berguguran di atas tanah dan kemudian melahirkan rerumputan di permukaan tanah sampai bertumpuk-tumpuk."
(Simak juga: Sosok Azazil di Masa Pra Penciptaan Adam AS)

Pada saat itulah bumi mengadu kepada Tuhan-nya mengenai hal ini, maka Allah Ta'ala menciptakan darinya umat-umat yang banyak sekali dengan berbagai rupa dan jenis yang berlainan. Mereka adalah para Jin. Allah Ta'ala menciptakan mereka dari angin, kilat dan awan.


Siapa bangsa Jin itu?

Mereka adalah makhluk yang bernafas dan bergerak. Mereka tersebar bagaikan biji sawi karena jumlah mereka yang sangat banyak, sehingga memenuhi tanah datar, gunung dan seluruh wilayah bumi ini. Mereka menghuni permukaan bumi ini dalam jangka waktu yang Allah Ta'ala tentukan.
(Simak juga: Antara Iblis, Malaikat dan Manusia)
 
Diantara mereka ada yang berkulit putih, hitam, merah, kuning, belang dan loreng. Adapula yang tuli dan bisu. Juga ada yang tampan dan yang jelek, ada yang kuat dan yang lemah, ada perempuan dan laki-laki. Mereka kawin dan berketurunan. Mereka disebut Jin karena makhluk-makhluk ini tertutupi atau tersembunyi.

Ketika populasi mereka semakin bertambah sehingga bumi ini menjadi sempit karena jumlah mereka yang banyak, maka penderitaan makhluk-makhluk ini pun bertambah. Kemudian Allah Ta'ala mengirimkan kepada mereka angin topan. Yang pada akhirnya mereka binasa sampai tak tersisa kecuali hanya sebagian kecil dari mereka.
(Simak juga: Kekhawatiran Malaikat dan Bumi Atas Penciptaan Adam)

Para Jin ini adalah makhluk pertama yang mendirikan bangunan rumah, membelah bebatuan dan memburu burung-burung dan binatang-binatang liar. Mereka bertahan hidup dengan cara itu bertahun-tahun lamanya. Kemudian mereka saling berselisih sampai saling membunuh satu sama lainnya.

Peperangan mereka bukanlah dengan senjata melainkan dengan cara menahan musuh di dalam rumah sampai mati kelaparan dan kehausan. Ketika kelakuan rusak mereka bertambah parah, maka Allah Ta'ala mengirimkan kepada mereka sekelompok umat yang muncul dari laut. Badan mereka lebih besar dan menakjubkan daripada badan para jin, mereka adalah kaum Bun.

Kaum Bun - Hidup 182,5 Juta Tahun sebelum Adam AS

Kaum Bun adalah penghuni bumi ini selama 500 tahun, mereka menguasai bumi setelah dikuasai oleh kaum Jin. Bila menggunakan Rumus Konversi Waktu: 1 Hari (Akhirat) = 1000 Tahun (Dunia/bumi) atau ekivalen dengan 1 Tahun (akhirat) = ±365.000 Tahun (dunia/bumi). Maka waktu yang tercatat dalam Sejarah bumi adalah = 500 x 365 x 1000 = 182.500.000 tahun. Jadi kaum Bun menjadi penghuni bumi selama 182.500.000 tahun atau 182.5 juta tahun.

Kaum ini memerangi kaum jin sampai binasa dan tak tersisa dari mereka seorang pun. Kemudian mereka kawin dan mempunyai keturunan sampai jumlah mereka bertambah banyak dan memenuhi seluruh tempat di bumi ini. Maka salah seorang dari mereka menyelam ke dalam lapisan bumi yang ketujuh dan tinggal di lapisan bumi ini selama beberapa hari. Tak ada sebongkah tanah pun yang bisa menghalangi mereka.

Kaum ini adalah makhluk pertama yang menggali sumber air, membuat sungai dan mengalirkan air kepadanya dari mata air-mata air dan lautan. Mereka adalah makhluk pertama yang membuat gerobak-gerobak dan jembatan-jembatan di atas sungai, menangkap ikan di laut dan berburu binatang-binatang liar di sarang-sarangnya sehingga binatang-binatang itu punah tak tersisa baik yang berada di daratan maupun lautan.

Maka binatang-binatang ini mengadu kepada Allah Ta'ala mengenai mereka dan parahnya kerusakan yang mereka timbulkan. Maka Allah Ta'ala menciptakan Al Jaan - (kaum jin) atau (Banul Jaan)


Banul Jaan - Hidup 365 juta tahun sebelum Adam AS

Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa yang dimaksud Jan di sini adalah sekumpulan jin yang berjenis kelamin laki-laki. Mereka terbagi dalam beberapa jenis yang beraneka ragam. Diantara mereka ada sekelompok umat yang bernama "Nahabur" dan "Nahamur." Umat-umat jin ini juga makan, minum dan melahirkan keturunan. Diantara mereka ada yang mu′min dan adapula yang kafir. Kakek moyang mereka adalah Iblis terkutuk.

Menurut suatu riwayat bahwa Allah Ta'ala menjadikan para Malaikat sebagai penduduk langit dan para Jin sebagai penduduk bumi. Ketika binatang-binatang liar dan burung-burung merasa terganggu dengan tingkah laku Jin dan Bun maka Allah Ta'ala menciptakan "Jan" sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah menciptakan "Jan", Allah Ta'ala menempatkan mereka di bumi.

Pada saat mereka menghuni bumi berkuranglah populasi Bun sehingga Jan atau Banul Jan dapat mennguasai mereka dan membinasakannya sampai tak tersisa. Maka tinggallah 'Jan' di bumi, mereka kawin dan berketurunan sampai memenuhi bumi ini. Kemudian timbullah perasaan iri dan dengki diantara mereka yang mendatangkan pertumpahan darah. Mereka saling berbuat kekacauan. 


Bumi mengadukan hal ini kepada Allah Ta'ala. Maka pada saat itu, Allah Ta'ala mengirimkan kepada mereka, tentara yang beranggotakan para Malaikat yang disertai oleh Iblis bernama ′Azazil.

'Azazil adalah pimpinan seluruh Malaikat 


Pasukan ini mengusir Jan dari bumi dan mereka lari menuju perbukitan dan tinggal di sana. Ada juga yang mengatakan mereka dihancurkan dengan 'dilempari' dengan batu/meteor hingga berkeping-keping.

Jadilah Iblis merebut bumi dari kekuasaan mereka. Kala itu Iblis masih menyembah kepada Allah Ta'ala, baik ketika ia hidup di bumi dan di langit. Namun selanjutnya, ia merasa takjub pada diri sendiri sehingga kesombongan merasukinya. Maka Allah Ta'ala ingin mencampakkan kesombongan yang ada di dalam hatinya, lalu Allah Ta'ala berfirman, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al Baqarah (2): 30)


Adapun jawaban Malaikat, yang dimaksud "...orang yang akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah." adalah Jin, Bun atau Banul Jan. Mereka ini sesungguhnya telah membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.

Dalam Kitab Qishash al Anbiya′, Ibnu Katsir menyampaikan :
Qatadah mengatakan, "Mereka menyaksikan kehidupan Jin (Jan dan Bun atau dalam kitab Badaiuz Zuhur , Jan disebut Banul Jan) sebelum kehidupan Adam as."


Abdullah bin Umar r.hum. mengatakan, "1.000 (Seribu) tahun sebelum penciptaan Adam AS bangsa jin telah melakukan "pertumpahan darah". Kemudian Allah Azza wa Jalla mengutus sepasukan Malaikat dan kemudian jin-jin itu diusir menuju ke daerah pesisir/samudra."

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a.dan Al Hasan.
Ada juga yang mengatakan, "Yaitu setelah diperlihatkan kepada para Malaikat (Harut dan Marut) itu isi kitab Lauhul Mahfûdz." Demikian yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari Abu Ja′far Al Baqir. Dan ada juga yang mengatakan, "Karena mereka telah mengetahui bahwasanya tidak diciptakan dari bumi ini melainkan orang yang mempunyai karakter seperti itu."


Selanjutnya : Manis Dan Pahitnya Awal Kehidupan Adam Menjadi Penghuni Bumi


Topik Terkait
1) Sosok Azazil Di Masa Pra Penciptaan Adam AS
2) Azazil, Kekasih Allah Di Masa Itu...
3) Kekhawatiran Malaikat dan Bumi Atas Penciptaan Adam
4) Antara Iblis, Malaikat dan Manusia
5) Rayuan Iblis Kala Bulan Madu Adam dan Hawa

6) Siapa Penghuni Bumi Sebelum Adam
7) Awal Kehidupan Adam Sebagai Penghuni Bumi
8) Kehidupan Adam Dan Hawa di Bumi


jumrahonline | jumrah.com

Siapa Para Penghuni Bumi Sebelum Adam?

Siapa Para Penghuni Bumi Sebelum Adam?
Ibnu 'Abbas RA berkata, "Ketika Allah Ta'ala telah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi, mengokohkan gunung-gunung, menggerakkan angin, menciptakan binatang-binatang liar dan berbagai jenis burung di gunung-gunung itu maka buah-buahan mengering berguguran di atas tanah dan kemudian melahirkan rerumputan di permukaan tanah sampai bertumpuk-tumpuk."
(Simak juga: Sosok Azazil di Masa Pra Penciptaan Adam AS)

Rahasia Tujuh Manajemen Waktu Rasulullah

Rahasia Tujuh Manajemen Waktu Rasulullah
Begitu berartinya waktu dalam kehidupan kita. Islam telah memberikan gambaran yang utuh tentang memuliakan waktu, karakteristik waktu dan rahasia manajemen waktu nabi.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah menempatkan waktu pada posisi yang sangat tinggi.


"Dan mereka berkata” kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)." (QS Al-Jaatsiyah: 24).

Alquran dan sunah sangat perhatian terhadap waktu dari berbagai sisi dan dengan gambaran yang bermacam-macam. Allah SWT telah bersumpah dengan waktu-waktu tertentu dalam beberapa surah Alquran, seperti al-Lail (waktu malam), an-Nahar (waktu siang), al-Fajr (waktu fajar), adh-Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik), al-‘Ashr (masa).

Sebagaimana firman Allah (QS al-Lail 92: 1-2; QS al-Fajr 89: 1-2; QS adh-Dhuha 93: 1-2; QS al-‘Ashr 103: 1-2). Ketika Allah SWT bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar manusia mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan manfaatnya yang besar.

Rasulullah SAW pun telah mengabarkan bahwasanya waktu adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-Nya yang harus disyukuri. Jika tidak, nikmat tersebut akan diangkat dan pergi meninggalkan pemiliknya.

Manifestasi dari syukur nikmat adalah dengan memanfaatkannya dalam ketaatan dan amal saleh. Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya: waktu luang dan kesehatan." (HR Bukhari).

Waktu luang adalah salah satu nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia. Maka kita akan melihat mereka menyia-nyiakannya dan tidak mensyukurinya. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda, 


“Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR Hakim dishahihkan oleh Al Albani).


Allah memberikan kita setiap hari 'modal' waktu kepada semua manusia adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya. 


Dalam waktu 23 tahun beliau telah membuat perubahan besar di Jazirah Arab. Hal ini terjadi lantaran penerapan yang optimal manajemen waktu yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.

Rahasia pertama adalah shalat fardhu sebagai ajang membentuk watak dan tonggak ritme hidup. Umat Islam telah membuat pemilahan waktu dalam sehari dengan jelas. Umat Islam memiliki trik manajemen waktu sehingga aktivitas kita dapat terprogram dengan baik.

Rahasia kedua, berpola pikir investasi, antimanajemen waktu instan. Maksudnya, jangan mengelola waktu dengan instan karena akan membuat kita malas dalam berproses. Persiapkan segala hal untuk masa depan kita sehingga kita dapat memetik hasilnya di kemudian hari.

Rahasia ketiga, terus produktif, jangan biarkan waktu terbuang percuma. Rahasia keempat adalah gunakan aji mumpung selagi ada peluang dan kesempatan.

Rahasia kelima adalah jauhi sikap menunda-nunda. Rahasia keenam adalah cepat tetapi jangan tergesa-gesa. Rahasia terakhir adalah rutin melakukan evaluasi. Ternyata beginilah Rasulullah menggunakan dan mengelola waktu, sungguh menghargai waktu dan tidak pernah menyia-nyiakannya dengan hal yang tak bermanfaat. 


MEMANFAATKAN WAKTU SECARA OPTIMAL

Waktu merupakan sarana untuk melakukan dan menyelesaikan banyak hal. Dalam Al-Qur’an waktu benar-benar dimuliakan sampai-sampai banyak sumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam QS Al-Ashr, “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah” dalam QS Adh-Dhuhaa. Setiap orang harus bisa menghargai waktu. Waktu adalah modal bagi seorang hamba sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali.

Waktu harus digunakan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka akan menyesal di kemudian hari. Penyesalan memang tidak datang di awal namun di akhir. Sehingga kebanyakan manusia lalai terhadap waktu. Banyak waktu yang terbuang sia-sia. Banyak orang berkata” andaikan aku punya banyak waktu lebih pasti aku bisa menyelesaikan tugas ini”. Statement tersebut sebagai bentuk bahwa orang tersebut tidak menghargai waktu yang dimiliki. Ketika ada waktu luang mereka lebih suka berleha-leha.

Sedangkan ketika waktu mendesak dia bilang tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan hal tersebut. Setiap orang dibekali waktu 24 jam dalam sehari. Namun ada yang mengoptimalkan waktu tersebut dan ada orang yang merugi karena waktunya hanya digunakan untuk main-main, berbicara yang tidak perlu, tidur-tiduran, dan bermalas-malasan. Buku ini memberikan panduan agar pembaca tidak termasuk orang yang merugi lantaran tidak bias mengatur waktu dengan baik.

Satu di antara karakteristik waktu adalah, cepat berlalu,  

"Dan (ingatlah) akan hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah tinggal (di dunia) melainkan sesaat saja di siang hari (yang waktu itu) mereka saling berkenalan” (QS Yunus: 45).
 
Waktu bergulir dengan cepatnya, sekarang kita masih kuliah tiba-tiba kita sudah bekerja, kemudian menikah, dan sudah menjadi kakek-nenek. Waktu ibarat anak panah yang melesat dengan cepatnya. Waktu yang lewat tak pernah kembali. Banyak orang berpikir bahwa ketika kita melakukan kesalahan di usia muda, akan bertaubat jika usianya sudah tua. Dia optimis masih punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan di usia tua. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada seorang pun yang tahu sampai kapan ia hidup.

Waktu adalah harta yang sangat mahal. Waktu lebih mahal dari uang. Hasan Al-Banna mengatakan suatu nasihat bahwa “waktu adalah kehidupan”. Jangan sampai usia kita hanya kita manfaatkan untuk tidur dan bermalas-malasan. Lakukan aktivitas positif untuk menghargai waktu. Kita diberi waktu sama tapi pemanfaatan terhadap waktu seseorang berbeda.


Summary : Membongkar Rahasia 7 Manajemen Waktu Nabi Muhammad


jumrahonline | jumrah.com


Mengapa, Kisah Tentang Musa Banyak Tertulis di Al Quran?

Mengapa, Kisah Tentang Musa Banyak Tertulis di Al Quran?
Mengapa kisah tentang Musa AS banyak berulang di al-Quran? Apa latar belakangnya?

Musa ‘alaihis salam adalah nabi paling mulia di kalangan Bani Israil. Bergelar Kalamullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah di dunia). Dan termasuk salah satu nabi ulul azmi. Dalam al-Quran, perjalanan Musa paling banyak disebutkan oleh Allah, setelah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian yang menghitung, nama Musa disebutkan sebanyak 136 kali dalam al-Quran.

Kisah Musa, Allah sebutkan secara terperinci dalam empat surat, yakni al-Baqarah, al-A'raf, Thaha, dan al-Qashas. Di mata Allah, umat nabi Musa, yakni Bani Israil, adalah umat yang paling afdhal di zamannya. 


Allah berfirman,

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ


"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat." (QS. al-Baqarah: 47)


Dan perlu dipahami, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik dari mereka. Karena Allah sebut umat Muhammad sebagai khoiru ummah. Allah berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ


"Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia." (QS. Ali Imran: 110).

Untuk Direnungkan

Ketika kisah Musa banyak disebutkan dalam al-Quran, menunjukkan bahwa Allah menghendaki agar kita banyak merenungkan perjalanan hidupnya. Mengambil pelajaran tentang bagaimana ujian berat yang dialami Musa. Dari mulai menghadapi Firaun, hingga menghadapi Bani Israil yang keras kepala.

Allah sebut Musa dalam al-Quran, sebagai Nabi yang mendapatkan banyak ujian,

وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا


“Aku akan mengujimu dengan berbagai macam ujian.” (QS. Thaha: 40)

Ujian yang dialami Musa adalah ujian menjalani hidup di tengah masyarakat. Bukan ujian kemiskinan, ujian sakit, atau musibah bencana alam. Yang ujian ini, sangat mirip dengan apa yang akan dialami Rasulullah SAW dan kaum muslimin yang menjadi umatnya.

Said bin Jubair pernah bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, apa yang dimaksud futun (banyak ujian).

Lalu Ibnu Abbas membaca ayat-ayat yang menceritakan Musa dari awal. Beliau sebutkan kisah Firaun, upaya pembantaian yang dia lakukan terhadap bayi lelaki, kemudian kisah Musa dilempar di sungai dan ditemu oleh keluarga Firaun. Kemudian kisah Musa menarik jenggotnya Firaun, hingga Musa diberi pilihan antara kurma dan bara.


Termasuk kisah dia membunuh orang Mesir, lalu dia lari ke Madyan dan menikah dengan salah satu putri orang tua di Madyan. Kemudian Musa kembali ke Mesir, dan beliau salah jalan di kegelapan malam, hingga beliau melihat api dan mendapat wahyu dari Allah.

Kata Ibnu Zubair,

وكان عند تمام كل واحدة منها يقول هذا من الفتون يا ابن جبير

Setelah Ibnu Abbas menyebutkan semuanya,  dia mengatakan, “Inilah fitnah-fitnah itu wahai Ibnu Jubair.” (Tafsir Ibn Katsir, 5/285).

Allahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits, Dewan Pembina Konsultasisyariah.com


jumrahonline | jumrah.com
 

Yang Luar Biasa dari Makkah dan Madinah

Kala kita mendengar nama kota suci, Makkah dan Madinah, yang muncul dalam pikiran kita biasanya, Ka'bah, Masjidil Haram dan Zam-zam. Tak dapat disangkal, kedua kota ini senantiasa menumbuhkan kerinduan bagi umat muslim di seluruh dunia untuk datang ke Tanah Suci sebagai tamu Allah SWT.

Namun tak hanya itu, kedua kota suci itu juga memiliki kawasan tertentu yang juga menarik bagi para jamaah dan wisatawan. Berikut ini;

Kawasan Lava Berusia Ratusan Juta Tahun

Salah satunya adalah fenomena alam, berupa endapan lava gunung berapi yang usianya mencapai ratusan juta tahun. Kawasan yang merupakan endapan lava yang mengandung alkali balistik (theolitic basalt). Kawasan ini memiliki luas sekitar 180.000 km persegi, dengan usia termuda sekitar 10 juta tahun. Dan rata-rata puncaknya muncul pada 2 juta tahun lalu.


Yang Luar Biasa dari Makkah dan MadinahZona rekahan tersebut terbentuk, juga karena banyaknya gunung berapi di sekitar kawasan itu. Beberapa rekahan lava terbentuk dan tampak indah, mereka diberi nama seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid, dan Harrah Khaybar. Lava-lava bentukan tersebut muncul ke permukaan bumi dari kedalaman sekitar 40 km, melalui zona rekahan sekitar 600 km yang memiliki sebutan ‘Makkah-Madinah-Nufud volcanic line’.

Tanya-Jawab Ilmiah Sekitar Perayaan Maulid Nabi

Dalam diskursus perayaan maulid Nabi banyak dari kalangan ikhwan yang masih belum tahu mengenai sumber dalil yang mendasari bahwa maulid memang pekerjaan yang sesuai syariat. Sehingga perlu adanya kita menghadirkan dalil-dalil ilmiah dengan konsep tanya-jawab seputar maulid.

Tanya    : Apakah maulid itu?

Jawab   : Maulid diambil dari kata bahasa Arab walada-yalidu yang bermakna kelahiran, yaitu kelahiran baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun dalam pelaksanaannya, maulid merupakan kegiatan keagamaan yang mengadung esensi pesan ayat suci al-Qur'an, disertakan kisah-kisah seputar kehidupan Nabi Muhammad, dan di dalamnya terdapat pujian dan shalawat dalam bentuk syair. Di akhir acara, terkadang sebagian orang bersedekah makanan untuk sesama.

Tanya    : Siapakah orang yang pertama kali merayakan maulid?

Jawab   : Yang merayakan maulid pertama kali adalah penguasa Kota Irbil, Mudzoffar Abu Said Kaukabari bin Zainuddin, seorang raja terpuji dan pembesar yang dermawan. Ibnu Katsir pernah berkomentar tentangnya: "Beliau melaksanakan maulid pada Rabiul Awal dan memperingatinya dengan meriah. Ia sosok yang santun, pemberani, cerdik, dan adil. Semoga Allah merahmati beliau. (Hawi lil Fatawi, halaman 292)

Tanya : Apa pandangan ulama mengenai maulid Nabi?


Jawab : Imam Jalaluddin As-Suyuthi ketika ditanya perihal maulid beliau menjawab secara eksplisit dengan sebuah karya kitab yang diberi nama Husnul Maqshad fi Amalil Maulid. Menurut beliau, "Hukum asal maulid Nabi yang mana di dalamnya terdapat orang yang membaca ayat suci al-Qur’an dan hadits Nabi tentang pengarai Rasulullah, begitu juga ayat yang ada hubungan dengan kisah kenabiannya. Dilanjutkan dengan acara ramah tamah, lalu bubar tidak lebih dari itu. Maka, itu adalah bid'ah hasanah dan pelakunya mendapat pahala.” (Husnul Maqshad, halaman 251-252).

Imam Suyuti juga berkata bahwa suatu ketika Imam Ibnu Hajar ditanya tentang maulid, beliau menjawab, “Asal muasal amalan maulid (seperti yang ada saat ini) adalah bid'ah, dan tidak pernah dinukil dari para salafus shalih, bersamaan dengan hal tersebut terdapat amalan yang baik di dalamnya dan menjauhi amalan yang buruk. Maka barangsiapa yang berusaha mengamalkan (yang baik di dalamnya) dan menjauhi sebaliknya maka amalan ini hukumnya bid'ah hasanah, dan tidak begitu jika sebaliknya. (Hawi lil Fatawi, halaman 282). Dari dua komentar di atas jelas bahwa merayakan maulid itu boleh selama tidak ada kemungkaran di dalamnya.

Ibnu Taimiah berpendapat, memulyakan hari kelahiran dan menjadikannya sebagai ritual musiman telah dikerjakan oleh sebagian orang. dan menjadikannya mendapat pahala yang sangat agung karena bagusnya tujuan dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam (Sirah Halabiah Juz I, halaman 84-85).

Sayyid Zaini Dahlan mengatakan, merasa senang pada hari kelahiran Nabi termasuk sebagian cara penghormatan kepada beliau (Addurarus Saniyah, halaman 190).

Tanya : Adakah ulama yang mengarang kitab tetang kebolehan maulid?

Jawab : Tentu saja, berikut di antara nama-nama ulama beserta karyanya:

1. Husnul Maqshad fi Amalil Maulid (imam jalaluddin As7Suyuthi)
2. Khulashatul Kalam fi Ihtifal bi Maulidi Khairil Anam (Syekh Abdulloh bin Syekh Abubakar bin Salim)
3. Ihtifal bil Maulid (DR. Said Ramadhon Buthi)
4. Haulal Ihtifal bil Maulid Nabawi (Prof DR muhammad bin alwi almaliki)
5. Ihtifal bil Maulid Bainal Muayyidin wal Muaridlin (Abil Hasanain Abdulloh al-Husaini al-Makky), dan lain-lain.

Sementara ulama ahli Hadits yang merangkum sejarah Nabi dalam bentuk maulid sangat banyak, di antaranya:

1. Al-Hafidz Abil Fida' ibn Katsir (774 H; maulidnya ditahqiq DR. Sholahuddim Munjid)
2. Al-Hafidz Abil Fadhl Abdurrahim Al-Kurdi (806 H)
3. Al-Hafidz Abul Khair Muhammad As-Sakhowi (902 H)
4. Al-Hafidz abdurrohman ali assyibani (994 H; maulidnya yang ditahqiq Sayyid Muhammad al-Maliki)
5. Al-Hafidz Mula Ali Al Qori (104H; Mauridurrawi fi Maulid Nabawi)
6. Al-Hafidz Muhammad bin Abu Bakar al-Qisi (842 H; Jamiul Atsar fi Maulidil Mukhtar)
7. Al-Hafidz Al-Iraqi (808 H; Mauridul Hani fi Maulid Assunni), dan masih banyak ulama lainnya.

Tanya    : Apakah dalil kebolehan Maulid?

Jawab   : Sebelumnya kita perlu melihat interpretasi maulid itu sendiri. Kalau kita mau tahu hukumnya, kita lihat apa pekerjaannya (karena hukum diberlakukan untuk perbuatan (af’alul mukallafin, Red). Adapun pekerjaan dalam maulid di antaranya adalah membaca ayat suci al-Quran, membaca sejarah Nabi, mahallul qiyam, i'tikaf di masjid, membaca syair di masjid, doa mendekatkan diri kepada Allah, dzikir berjamaah, taushiyah dan nasihat, menghidupkan syiar Islam, dan sedekah. Beberapa hal yang disebutkan di atas para ulama sepakat mengenai kebolehannya, mungkin sebagian orang kurang percaya mengenai dalil kebolehan dua hal yaitu mahallul qiyam dan menbaca syair pujian. Sebenarnya bagaimana hukumnya?

Tanya    : Mengapa kita pada hari kelahiran nabi harus senang, apakah mendapatkan pahala?

Jawab   : Ungkapan rasa bahagia di saat kelahiran baginda Nabi adalah wujud rasa syukur kepada Allah sebab dengan lahirnya beliau agama Islam ini ada. dan agama Islam sampai di tangan kita semua. Dikisahkan seorang wanita yang bernadzar ingin menabuh rebana di dekat Nabi, bahkan di dekat kepala beliau jika Nabi datang dalam keadaan selamat. Maka, apa jawaban Nabi "Laksanakan nadzarmu!”

Bukankah kita semua tau tidak boleh bernadzar dalam perkara yang mubah dalam fiqh, dan tidak ada yang lebih mulia dari kepala Nabi Muhammad di alam semesta ini. Tetapi dalam kenyataannya Nabi memperbolehkan. Mengapa begitu? Karena nabi mengetahui bahwa hal ini dibarengi dengan perasaan senang, cinta dan takdhim kepada beliau.

Abu Lahab, orang yang sangat kejam terhadap Nabi, diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa setiap hari Senin ia diringankan dari siksa neraka karena di saat nabi lahir Abu Lahab bergembira. Ia bahkan memerdekakan budaknya, Tsuwaibah, sebagai ungkapan kebahagiaan atas kelahiran ponakannya. Dalam hal ini Imam Al-Hafidz Syamsyuddin Muhammad Nasirruddin Addimsyiqi bersenandung:

ذا كان هذا كافرا جاء ذمه ¤ وتبت يداه في الجحيم مخلدا

اتى انه في يوم الاثنين دائما  ¤ يخفف عنه للسرور بأحمد
فما الظن بالعبد الذي كان عمره ¤ باحمد مسرورا ومات موحدا


"Jika orang seperti Abu Lahab saja yang jelas-jelas jahat dan disiksa di neraka setiap hari Senin diringankan siksanya sebab ia bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad maka apalagi jika yang bergembira seorang muslim yang sepanjang hidupnya bergembira atas lahirnya Nabi Muhammad dan wafat dalam keadaan Islam."

Tanya    : Apakah landasan hukum mahallul qiyam?

Jawab   : Mahallul qiyam jika kita artikan ke dalam bahasa Indonesia bermakna tempat kita berdiri. Yakni, sikap berdiri untuk menunjukkan ekspresi kebahagiaan dan dan penghormatan atas lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian orang menganggap tidak boleh berdiri untuk memuliakan orang lain. Namun dalam hadits sendiri, Rasulullah memerintahkan sahabat Anshor untuk berdiri saat kedatangan pemimpin mereka. Nabi berkata: لسيدكم قوموا (berdirilah atas kedatangan pemimpin kalian!)

Sementara ulama menjelaskan apa kandungan mahallul qiyam di antaranya dalam sebuah syair:

وقد سن أهل العلم والفضل والتقى ¤ قياما على الأقدام مع حسن الامعان

بتشخيص ذات المصطفى وهو حاضر بأي مقام فيه يذكر بل دان


"Para ulama memulai pekerjaan ini (mahallul qiyam) dengan meresapi kisah beliau (Nabi) dan membayangkan sosoknya yang agung bahkan dan tidak hanya dalam hal ini namun dalam segala kondisi"

Contoh lain hadits dari Sayyidatina Fatimah Azzahra, putri Nabi yang berdiri jika Nabi hadir; Rasulullah pun begitu saat Fatimah hadir. Dalam Sunan Abi Dawud (5217) disampaikan: "Sayyidatina Fatimah saat masuk menghadap Nabi, maka beliau (Nabi) berdiri dan mencium Fatimah lalu mempersilakan duduk di tempatnya. Begitu pun Rasulullah saat masuk ke hadapan Fatimah maka Fatimah berdiri dari tempat duduknya lalu Nabi menciumnya dan Fatimah mempersilakan Nabi duduk di tempatnya."

Pada praktiknya saat kita berdiri yang kita lakukan adalah memuji, bershalawat, bersyukur atas anugerah Allah yang menghadirkan keistimewaan dari kehadiran kekasihnya, Nabi Muhammad. Allah subhanahu wata'ala menyuruh kita berdzikir kapan saja di mana saja dan kondisi apa saja:


 اذْكُرُوا اللَّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُم

Bahkan ulama juga angkat bicara mengenai kebolehan mahallul qiyam dan secara detail dijelaskan dalam satu kitab khusus yang bernama Attarkhis bil Qiyam li Dzawil Fadhl wal Maziyyah min Ahlil Islam yang dikarang oleh Al Imam Nawawi.

Tanya    : Apakah Nabi memperbolehkan sahabat memuji beliau?

Jawab   : Tentu saja Nabi memperbolehkan. Coba kita telisik kitab Al-Isti'ab fi Ma'rifatil Ashab tentang hadits Kharim bin Aus bin Haritsah yang mana ia berkata: "Aku berhijrah kepada Rasulullah selepas dari Perang Tabuk dan aku memutuskan untuk masuk Islam, lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Mutholib berkata: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin memujimu.’ Nabi menjawab, ‘Katakanlah, tidak akan pecah gigimu’.” Lalu Abbas mengutarakan syair pujian:

من قبلها طبت في الظلال وفي ¤ مستودع حين يخصف الورق
ثم هبطت البلاد لا بشر ¤ أنت ولا مضغت ولا علق

(Dan setiap orang yang didoakan Nabi seperti kepada abbas giginya awet sampai tua)

Tanya    : Adakah bukti lain sahabat memuji Nabi?


Jawab   : Berikut nama beberapa sahabat beserta syairnya yang dalam sejarah pernah memuji Nabi, di antaranya:

1. Ka'ab bin Zuhair bin Abi Sulma

بأنت سعاد فقلبي اليوم متبول ¤ متيم إثرها لم يجز مكبول

2. Hasan bin Tsabit

شق له من اسمه كي يجله ¤ فذوا العرش محمود وهذا محمد

3. Bujair bin Zuhair al-Muzani

أتانا نبي بعد يأس وفترة ¤ من الله والأوثان في الأرض تعبد

4. Abbas bin Madras

وأنت لما ولدت اشرقت الــ ¤  أرض وضائت بنورك الأفق

5. Nabigha Al Ja'di

ونحن أناس لا نعود خيلنا ¤ إذا ما التقينا ان تحيد وتنفرا


Tanya    : Tolong disebutkan siapa ulama yang juga memuji Rasulullah?

Jawab   : Ulama juga tak ingin ketinggalan dalam menggapai cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka ramai-ramai mengarang syair pujian. Akan saya sebutkan beserta penggalan syairnya, seperti:

Al-Imam al-Hafidz ibn Daqiq berkata:

شرف المصطفى رفيع عماده ¤ ليس يحصى بكثرة تعداد

Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar al Atsqalani berkata dalam syairnya:

يا سعد لو كنت إمرأ مسعودا ¤ ما كان صبري فى النوى مفقودا

Al-Imam Aminus Syuara' Ahmad Syauqi berkata:

ولد الهدى فاكائنات ضياء ¤  وفم الزمان تبسم

Tanya    : Kenapa banyak orang melakukan maulidan pada hari Kamis dan bulan Robiul Awal?

Jawab   : Sebenarnya melaksanakan maulid boleh kapan saja, adapun maulidan di hari Jumat sebab berlandasan kepada hadits Nabi:

اكثروا الصلاة عليّ يوم الجمعة وليلة الجمعة فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا

سنن البيهقي ٥٤٩٠

“Perbanyaklah shalawat atasku di hari Jumat dan malam jumat, dan barangsiapa bershalawat sekali maka Allah akan bershalawat atasnya 10 kali."

Mengenai perayaan di bulan Rabiul Awal maka ada baiknya kita lihat sejarah. Ketika seseorang berpuasa asyura mereka berpuasa atas keberhasilan Nabi Musa, dan ketika hari raya Idul Adha kita berkorban mengenang jasa Nabi Ismail, dan saat Rabiul Awal kita memperingati lahirnya Nabi Muhammad shallallahu  ‘alaihi wa sallam. Rasulullah bersabda:

قال شارح البخاري شهاب الدين القصطلاني

فرحم الله امرء اتخد ليالي شهر مولده المبارك اعيادا ليكون اشد علة على من في قلبه مرض

"Maka Allah mengasihani seseorang yang menjadikan hari kelahirannya sebagai hari raya (untuk mensyukuri) agar menjadi penyakit yang parah bagi orang yang di hatinya terdapat penyakit."

Kelahiran Nabi Muhammad merupakam kelahiran yang istimewa karena pada bulan ini tidak ada perayaan lain selain kelahirannya. Sementara kalau kita lihat bulan lain terdapat banyak keistimewaannya. Oleh karena itu ini menunjukkan bahwa keagungannya secara istiqlaliyah atau terkhusus kepada beliau saja.

Dari beberapa pertanyaan di atas kita bisa simpulkan bahwa maulid Nabi bukanlah hal yang dilarang agama. Karena maulid Nabi adalah ungkapan kita dan bentuk syukur kita dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ditulis oleh Moh Nasirul Haq, Santri Rubat Syafi'ie Mukalla Yaman | www.nu.or.id