Rahasia Terkabulnya Doa, Yang Kita Lupakan

Rahasia Terkabulnya Doa Yang Kita Lupakan
Manusia sebagai makhluk yang tak bisa hidup tanpa berkomunikasi dengan Tuhannya. Tak ada satu tempat pun yang dapat kita minta selain meminta kepada-Nya. Bagaimana cara kita meminta? Caranya ialah dengan berdoa. Kita berdoa kepada Allah Ta'ala dengan maksud memohon sesuatu yang belum kita miliki dan berharap Allah mengabulkanya dalam waktu cepat atau lambat.

Sebagian sumber memang ada yang mengatakan bahwa Allah tak pernah menyia-nyiakan doa kita. Allah hanya akan mengabulkan doa kita di saat yang tepat. Di saat dimana kita benar-benar membutuhkan realisasi doa tersebut. Tetapi, semakin berkembanganya jaman semakin dangkal pula pemikiran manusia yang kebanyakan hanya mau meminta tanpa memperhatikan apakah dia sudah pantas dan sudah benar meminta.

Bahwasanya ternyata ada beberapa faktor yang membuat doa kita tidak terkabul, hal itu justru adalah hal sepeleh yang sama sekali tidak kita ingat. Berikut beberapa rahasia mujarab terkabulnya doa yang justru kita lewatkan para pecinta kumpulan misteri semuanya.

Makanan
Makanan adalah sesuatu yang kita cari dan kita masukan ke dalam tubuh kita, diproses menjadi darah dan daging. Maka dari itu apa yang kita makan akan mendarah daging di dalam tubuh kita. Begitu juga dengan baik buruknya makanan tersebut. Jika makanan tersebut baik maka akan mendarah daging menjadi hal yang baik pula.

Tetapi jika makanan itu buruk maka akan mendarah daging menjadi yang buruk pula di dalam tubuh kita. Kebaikan dan keburukan makanan tak dinilai dari rasa dan penampilannya, tetapi dari bagaimana makanan itu berasal, bagaimana kita mendapatkan makanan tersebut. Apakah diperoleh cara halal kah atau dengan cara haram?

Sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh HR. Tabrani mengatakan bahawa dahulu Sa’ad Bin Ai Waqash pernah meminta baginda rosullullah untuk mendoakannya agar segera di kabulkan. Maka serta merta baginda menjawab, “hai Sa’ad perbaikilah makanan mu maka niscaya doamu akan di kabulkan.

Sesungguhnya orang yang telah memasukan makanan haram kepada tubuhnya maka doanya tidak akan diterima selama 40 hari”. Tak hanya itu saja sebuah riwayat dan sumber yang menjelaskan dan menunjukan bukti bahwa makanan sering kali kita lupakan sebelum kita berdoa.

Suatu kisah ada seorang ulama di arab yang setiap doanya selalu dikabulkan oleh Allah. Suatu hari ulama itu pergi ke kota untuk membeli kurma, ketika penjual kurma sedang melayaninya dan menimbang kurmanya, dia melihat ada satu kurma tergeletak di dekat timbangan. Dia pun mengambil dan memakan kurma itu karena mengira bahwa kurma itu adalah kurma miliknya yang jatuh saat proses penimbangan.

Menjelang beberapa hari setelah kejadian itu, dia tak merasakan adanya perubahan hanya suatu ketika ketika dia sedang berzikir ada dibelakangnya suara-suara ghaib yang sedang bercakap-cakap membicarakan dia. “ kau lihat, lelaki tua itu? Dia adalah lelaki yang dulunya selalu dikabulkan doa-doanya oleh Allah, tetapi sekarang doa-doanya tidak akan dikabulkan selama 40 hari karena dia telah memakan sesutu yang bukan haknya”.

Mendengar percakapan itu, lelaki alim itu langsung bingung dan mengingat-ingat makanan apakah yang sekiranya telah masuk kedalam kerongkongannya yang bukan haknya. Maka dia ingat akan kejadian buah kurma itu. 


Hingga setelah itu lelaki ini langsung kembali ke kota dan mencari pedagang kurma yang dulu. Sayangnya sesampai disana pedagang korma telah berganti, bukan lagi orang yang dulu melayaninya. Begitu dia meminta penjelasan baru tahulah dia jika pedagang kurma yang dulu telah meninggal dan kini anaknya yang meneruskan.

Maka diapun segera menceritakan perihal yang menimpa dirinya, sang anak memaafkan dan mengikhlaskan kurma itu. Tetapi ternyata ahli waris dari pedagang kurma itu bukan hanya satu orang melainkan 7 orang, maka pergilah lelaki alim itu menemui satu persatu ahli waris sang pedagang kurma. 


Setelah lengkap semua ahli waris memaafkan dan mengikhlaskan beliau tampak lega. Sambil menuju perjalanan pulang terdengarlah kembali percakapan ghaib dibelakangnya “lihatlah..dialah lelaki alim yang kemarin doa-doanya tak dikabulkan oleh Allah, tetapi sekarang Allah sudah mengabulkan doanya”.

Pentingnya Makanan Halal Terhadap Doa Kita
Melihat kisah tersebut tentunya kita harus sadar. Bahwa benar adanya bahwa makanan adalah faktor penyebab tidak terkabulnya doa yang sering kita remehkan. Apalagi manusia sekarang banyak yang menganggap semuanya remeh. Apa yang ada di meja makan langsung dimakan karena menganggap siapapun yang memiliki pasti akan mengikhlaskannya.

Padahal tak seharusnya kita menarik kesimpulan seperti itu. Karena pada kenyataanya ikhlas adalah hal yang tidak mudah. Dan jika seseorang tidak mengikhlaskan akan apa yang sudah masuk kedalam tubuh kita maka sudah masuk dalam hitungan makanan haram.

Maka dari itu sebaiknya kita berhati-hati pada makanan yang kita makan karena ini menjadi rahasia terkabulnya doa-doa kita.

jumrahonline

Rahasia Terkabulnya Doa, Yang Kita Lupakan

Rahasia Terkabulnya Doa Yang Kita Lupakan
Manusia sebagai makhluk yang tak bisa hidup tanpa berkomunikasi dengan Tuhannya. Tak ada satu tempat pun yang dapat kita minta selain meminta kepada-Nya. Bagaimana cara kita meminta? Caranya ialah dengan berdoa. Kita berdoa kepada Allah Ta'ala dengan maksud memohon sesuatu yang belum kita miliki dan berharap Allah mengabulkanya dalam waktu cepat atau lambat.

Mengapa Lantai Masjidil Haram Selalu Sejuk?

Mengapa Lantai Masjidil Haram Selalu Sejuk?
Cuaca ekstrim yang sering terjadi di Tanah Suci rupanya tak mempengaruhi suhu udara di Masjidil Haram. Kegiatan thowaf, ibadah mengitari Ka'bah sebanyak tujuh kali yang menghabiskan banyak energi, khususnya pada siang hari, tidak sedikitpun membuat jamaah merasa kelelahan. Mengapa?

Inilah Maqbarah Hawa, Makam 'Ibunda' Umat Manusia

Inilah Maqbarah Hawa, Makam 'Ibunda' Umat Manusia
Di Maqbarah Hawwa ada salah satu makam yang memiliki ukuran sangat panjang, yakni 5 meter. Para peziarah mempercayai ini sebagai makam Siti Hawa.

Saat melakukan ibadah haji atau umrah, para jamaah akan berkunjung atau berziarah ke tempat-tempat yang disucikan atau dianggap menyimpan nilai sejarah.

Perjalanan Haji: Antara Ibadah dan Bisnis

Orang-orang Arab pada zaman Jahiliah telah mengenal ibadah haji yang diwarisi dari nenek moyang mereka dengan melakukan perubahan di sana-sini. Tetapi bentuk umum pelaksanaannya masih tetap sama, seperti tawaf, sai, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya praktiknya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat.

Oleh karena itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dalam pelaksanaannya sebagaimana yang diatur dalam Alquran dan Hadist.


Latar belakang ibadah haji itu didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan para rasul, terutama Nabi Ibrahim, yang dikenal sebagai nabi agama Tauhid. Tawaf bahkan telah dilaksanakan oleh umat sebelum Nabi Ibrahim.

Ritual sai, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah juga didasarkan untuk mengenang ritual istri Nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya Nabi Ismail, sedangkan wukuf di Arafah adalah untuk mengenang pertemuan (kembali) Nabi Adam dan Hawa di muka bumi. Di tempat itulah asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

Ibadah umrah adalah salah satu ibadah dalam Islam yang secara lebih khusus dilaksanakan di luar bulan haji. Ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjid Al Haram. Perbedaan umrah dengan haji adalah dalam hal waktu pelaksanaannya.

Umrah bisa dilaksanakan sewaktu-waktu, sedangkan haji hanya dilakukan pada 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah. Umrah merupakan ibadah yang tidak wajib. Banyak ahli hukum Islam menyebutnya sebagai sunah, yakni bila dilaksanakan mendapatkan pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak merupakan suatu kesalahan atau dosa.

Idealnya perjalanan haji atau umrah tidak perlu mengalami hambatan, agar kemurnian "komunikasi transendental" antara jamaah dengan Allah SWT bisa terjamin. Oleh karena itu, perjalanan haji atau umrah ke Tanah Suci harus difasilitasi dengan baik.

Bisnis Menjanjikan
Umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia memimpikan beribadah haji dan umrah. Dari Indonesia, jumlahnya tak kurang dari 210 ribu jamaah haji setiap tahun, belum lagi jamaah umrah yang pada tahun ini diperkirakan bisa menembus angka 400 ribu jamaah.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis yang bergerak di bidang usaha jasa perjalanan haji dan umrah merupakan bidang yang "basah".

Bisnis ini bukan saja menawarkan keuntungan besar, namun juga sangat gampang untuk kemungkinan terjadinya manipulasi. Kepasrahan jamaah calon haji dan umrah seringkali dimanfaatkan agen-agen perjalanan untuk mengeruk keuntungan finansial.

Sikap pasrah dan "nrimo" ini seringkali didasari atas sikap jamaah yang memandang kendala yang mereka hadapi merupakan "ujian" dan "cobaan" yang harus dijalani dalam melaksanakan ritual keagamaannya, padahal seringkali kejadian ini merupakan kelalaian dari agen perjalanan sebagai penyedia jasa.

Kepasrahan jamaah seringkali dimanfaatkan oleh agen perjalanan haji dan umrah untuk meraup keuntungan dalam bisnis jasa tersebut.

Kasus-kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lainnya.

Pada musim haji beberapa waktu lalu misalnya, sempat mencuat berita tentang 60 calon jamaah haji asal Kazakhstan "terdampar" di Bandara Dubai, Uni Emirat Arab (UAE), karena mereka telah ditipu oleh agen perjalanan yang menyediakan jasa perjalanan haji, demikian menurut Daily News sebagaimana dikutip worldpress.com (21/2/2008).

Keenam puluh calon jamaah haji yang umumnya adalah lansia dan dari kalangan kurang mampu itu ditipu dengan hanya diberikan tiket perjalan one-way dari negara mereka ke Dubai. Padahal mereka dijanjikan akan dijemput oleh "partner-agent" perusahaan tersebut begitu mereka tiba di Jeddah.

Beruntung UAE Red Cressent (Palang Merah UAE) kemudian berhasil mendapatkan bantuan untuk memberangkatkan ke-60 calon jemaah itu ke Tanah Suci, sehingga mereka dapat mengikuti ibadah haji dan pulang ke negaranya beberapa waktu kemudian.

Sebelumnya, Pemerintah UAE melalui The Higher Committee for Haj and Umrah at the General Authority for Islamic Affairs and Auqaf (GAIAA), mencabut izin usaha 12 agen perjalanan karena diketahui melakukan kecurangan atas kontrak yang ditandatangani oleh jamaah haji dan kantor urusan haji.

Selain itu GAIAA menerapkan denda terhadap 37 perusahaan dan memberikan surat peringatan terakhir.

Kedua belas perusahaan yang dicabut izin usahanya itu tidak diperbolehkan lagi melakukan usaha di bidang yang sama dan deposit yang mereka berikan untuk mendapatkan izin usaha tidak dikembalikan. Sanksi keras itu merupakan langkah tegas untuk membuat bisnis penyelenggaraan perjalanan haji sebagai bisnis yang bersih dan halal seperti halnya tujuan haji itu sendiri.

Bagaimana dengan di Indonesia? Perjalanan jamaah haji atau jamaah umrah dari berbagai daerah ke Tanah Suci yang difasilitasi oleh pihak swasta tidak selalu lebih baik dari pelayanan yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI.

Beberapa waktu lalu ada kasus batalnya pemberangkatan 150 jamaah calon umrah asal Bandung, yakni pada minggu kedua April 2008. Selain itu, lebih dari seratus jamaah calon umrah asal Jambi pada waktu yang sama terkatung-katung di Bandara Soekarno-Hatta karena pihak agen perjalanan dianggap melakukan kesalahan prosedur dalam menjalankan kewajibannya.

Khusus mengenai pelaksanaan ibadah haji, mengingat tingginya nilai ibadah tersebut umat Islam tidak segan-segan mengorbankan sebagian harta kekayaannya atau meninggalkan pekerjaan dan keluarganya selama waktu tertentu serta siap bersusah payah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

Maka tidak heran, seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi, jumlah jamaah haji Indonesia dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Setiap tahun selalu ada saja jamaah yang sudah mendaftar beberapa waktu sebelumnya tetapi tidak bisa diberangkatkan karena kuota jamaah haji sudah terlampaui.

Perlu Pembenahan
Sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponen yang diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan ibadah itu juga terus meningkat, seperti transportasi, pemondokan dan katering. Pengadaan komponen-komponen ini memiliki nilai ekonomi yang relatif besar sehingga dapat berubah menjadi lahan bisnis yang menggiurkan.


Banyak pihak ingin mengeruk manfaat dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, tidak heran seringkali terjadi tarik-menarik kepentingan dalam penyelenggaraan perjalanan haji. Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 2008 masalah pemondokan dan transportasi muncul ke permukaan, sedangkan tahun sebelumnya masalah katering menjadi mengemuka.

Kalau kecenderungan tersebut tidak dikendalikan dengan efektif, maka arah penyelenggaraan ibadah haji bisa bergeser dari kegiatan yang mengutamakan nilai ibadah (dengan membantu memberi pelayanan kepada orang yang memenuhi panggilan Allah) menjadi kegiatan yang berorientasi mencari keuntungan semata.

Sebenarnya penyelenggaraan perjalanan haji akan berjalan baik apabila dikelola oleh lembaga yang kuat dan diusung oleh SDM yang jujur, amanah, bertanggung jawab, kompeten, dan berorientasi pada pemberian pelayanan dan perlindungan kepada jamaah.

Hanya dengan cara itu jamaah haji dapat terhindar dari permainan tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.

Sorotan masyarakat terhadap penyelenggaraan haji belakangan ini semakin meningkat. Sorotan itu tidak saja terbatas pada penanganan dan penyelenggaraan haji yang dinilai kurang bagus, tetapi juga disertai tuntutan dihapuskannya monopoli penyelenggaraan ibadah haji oleh Pemerintah c.q Kementrian Agama.

Wacana yang berkembang mengenai pengelolaan haji hingga saat ini mencakup isu swastanisasi dengan harapan akan terjadi kompetisi dan efisiensi; atau pembentukan semacam BUMN oleh Kementrian Agama dengan harapan penyelenggaraan haji dapat dilakukan secara professional dan transparan.

Sementara itu Kementerian Agama diwacanakan bertindak sebagai regulator yang berfungsi sebagai pengawas perusahaan penyelenggara perjalanan haji dengan harapan akan terjadi hukum pasar yang berlaku, di mana perusahaan agen perjalanan haji (dan umrah) yang professional akan banyak diminati oleh masyarakat.

Namun bergulirnya wacana pengelolaan perjalanan haji yang ideal merupakan gejala positif untuk mendorong Kementerian Agama yang selama ini memegang kendali utama penyelenggaraan ibadah haji agar lebih mawas diri serta melakukan introspeksi.


Beberapa faktor yang kiranya perlu mendapat perhatian dan pembenahan dari Kementerian Agama adalah bidang organisasi. Pada bidang ini perlu dilakukan restrukturisasi agar memenuhi asas organisasi yang ramping struktur tetapi kaya fungsi.

Di samping persoalan organisasi, persoalan manajemen haji juga harus dibenahi secara terus menerus. Sudah selayaknya penyelenggaraan ibadah haji mengedepankan asas efisiensi dan transparansi, khususnya di bidang keuangan dan kebijakan, apalagi dewasa ini selalu ditekankan "good governance", atau tatakelola yang baik dalam manajemen pemerintahan.

Kementerian Agama perlu terus-menerus melakukan penghitungan kembali biaya yang diperlukan untuk komponen-komponen kegiatan ibadah haji. Di samping itu juga harus meninjau kembali ketentuan atau kebijakan yang sudah tidak relevan dengan situasi dan kondisi di lapangan, seperti jumlah anggota Amirul Haj dan pemberian fasilitas khusus pada tamu dalam jumlah besar.

Perhatian, pembenahan, dan pengawasan yang lebih baik juga harus dilakukan terhadap agen perjalanan yang selama ini meraih keuntungan relatif besar dari para jamaah yang melakukan perjalanan ibadah haji atau umrah.

Semoga pengelolaan perjalanan ibadah haji ke depan akan bertambah baik, sehingga para jamaah yang melaksanakan ibadah tersebut mendapatkan haji mabrur. (***)

*Penulis, anggota Departemen Pembinaan, Penelitian, dan Pengembangan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) periode 2010-2015.

Perjalanan Haji: Antara Ibadah dan Bisnis

Orang-orang Arab pada zaman Jahiliah telah mengenal ibadah haji yang diwarisi dari nenek moyang mereka dengan melakukan perubahan di sana-sini. Tetapi bentuk umum pelaksanaannya masih tetap sama, seperti tawaf, sai, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya praktiknya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat.

Visa Haji yang Belum Terbit Tinggal 192 Orang

Visa Haji yang Belum Terbit Tinggal 192 Orang
Kementerian Agama terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk menyelesaikan visa jemaah haji Indonesia. Hingga Kamis malam, 27 Agustus 2015, pukul 21.00, jumlah visa yang sedang dalam proses tinggal 192 orang.

Kemenag: Akun Twitter Panduan Berhaji 2015

Akun Twitter untuk Panduan Berhaji
Kementerian Agama selaku Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) membuat akun khusus di media sosial Twitter terkait panduan berhaji. Akun @bimbadmkh2015 dibuat untuk membimbing masyarakat, khususnya jemaah haji tahun ini agar menjadi haji yang mabrur.

"Twitter-nya mulai hari ini. Silakan follow (ikuti)," kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan Kelompok Bimbingan PPIH Arab Saudi 1436H/2015M, Tawwabuddin Muhammad Mulyana di Mekah, seperti dikutip dari Antara, Jumat (28/8/2015).


Akun twitter tersebut, lanjut dia, bersifat interaktif dan bisa menjadi sarana konsultasi bimbingan ibadah haji. Konten dari twitter tersebut dicuit oleh Guru Besar Ilmu Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya, Profesor Aswadi.
"Twitter tersebut akan berisi mulai dari persiapan dan pelaksanaan ibadah haji, sampai pada pengembangannya," kata Prof Aswadi.

Ketiga hal tersebut dianggap perlu untuk kesempurnaan dan manfaat haji bagi masyarakat. Melalui persiapan yang matang, kata dia, akan membantu jemaah siap menghadapi tantangan dalam pelaksanaan haji, sehingga proses haji bisa dilaksanakan secara sempurna.

Kemudian pengembangannya, kata Aswadi, merupakan bagian dari manfaat berhaji bagi masyarakat. "Setelah mendapatkan kenikmatan dan kebaikan dari berhaji harus ditularkan kepada banyak orang," ujarnya.

Pemanfaatan sosial media dengan menggunakan telepon pintar tersebut merupakan upaya PPIH membantu jemaah calon haji Indonesia yang dalam waktu dekat, yaitu tanggal 30 Agustus, akan memasuki Mekah secara bertahap dari Madinah.

Diharapkan dengan twitter itu jamaah semakin paham tentang berbagai ketentuan seperti rukun, wajib, dan sunnah haji, karena kata dia, bila ada rukun yang terlewat maka ibadah haji tidak sah.

kompas.com

Kemenag: Akun Twitter Panduan Berhaji 2015

Akun Twitter untuk Panduan Berhaji
Kementerian Agama selaku Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) membuat akun khusus di media sosial Twitter terkait panduan berhaji. Akun @bimbadmkh2015 dibuat untuk membimbing masyarakat, khususnya jemaah haji tahun ini agar menjadi haji yang mabrur.

"Twitter-nya mulai hari ini. Silakan follow (ikuti)," kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan Kelompok Bimbingan PPIH Arab Saudi 1436H/2015M, Tawwabuddin Muhammad Mulyana di Mekah, seperti dikutip dari Antara, Jumat (28/8/2015).

Gua Hira, Dalam Sejarah Turunnya Wahyu Pertama

Gua Hira, Dalam Sejarah Turunnya Wahyu Pertama
Allah berfirman yang artinya,"Tiadalah Kami utus engkau (Muhammad), melainkan untuk seluruh umat manusia, membawa kabar gembira, dan memberi peringatan. Namun kebanyakan manusia tidak mengerti." (QS Saba` 28) 

Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Allah Ta'ala, rangkaian kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.


Al-Quran, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak, makna lahir dan makna batin, telah membuat tercengang manusia-manusia mana pun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia dan celaka.

Pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi Muhammad SAW sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada Al-amin yang berada di Gua Hira. Muhammad SAW telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, ia telah menjadi manusia pembelajar secara alamiah sebelum kenabian dan kerasulan ditetapkan padanya.

Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat Allah. Kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran sebagai berikut (QS 96:1-5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”


Ayat  pertama ini merupakan perintah Allah S.W.T yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca” atau “Iqra”. Apa yang dibaca dan apa maksudnya “membaca” berhubungan dengan Allah S.W.T sebagai Pencipta makhluk atau ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak membaca tanda-tanda (ayat-ayat) Kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta makhluk berarti telah melanggar satu perintah agung dari Allah SWT langsung.

Turunnya 5 ayat surat al-‘Alaq ini dengan tegas menyatakan tentang program atau rencana yang akan diamanatkan kepada Nabi. Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat al-‘Alaq dengan perintah "Iqra" atau "Baca" secara langsung menyatakan bahwa dasar-dasar kebenaran al-Haqq bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar sebagai suatu agama yang mengikat yang nanti akan disampaikan Muhammad berhubungan dengan proses belajar yang terus menerus tentang kehidupan dimana di dalamnya terdapat  proses atau tatacara pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena (kalam) untuk menulis.

Pena atau Qalam, yang kelak namanya menjadi salah satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu suraka Al-Qalam  (QS 68), karena itu pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam. Kenapa demikian? Karena dengan menuliskan ilmu pengetahuan tentang Kekuasaan Allah maka ilmu akan terikat, menjadi buku, kitab, dan akhirnya nanti akan dapat diajarkan kepada generasi manusia selanjutnya. Jadi, betapa dahsyatnya perintah Allah SWT yang pertama kali diterima oleh Muhammad karena berhubungan dengan “membaca”, “menulis”, dan perintah belajar secara terus menerus supaya manusia bisa selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Muhammad, pembawa berita bahagia, merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud dimana asma-asama, sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah dinyatakan sebagai suatu adab dan akhlak bagi manusia sebagai makhluk berpikir, bukan binatang tanpa akal, Ia adalah utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluk yang mencapai kesempurnaan yang dapat dicapai Muhammad dengan kehambaannya dihadapan Allah SWT bukan dengan kesombongan yang dapat menabiri kemuliaan wujud manusianya.

Sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada kaum yang miskin, lemah dan papa. Ia bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para penguasa dunia, dan ditakuti para dajjal  yang matahatinya buta.
 

Selanjutnya : Gua Hira, Awal Sejarah Turunnya Wahyu Allah SWT

Gua Hira, Dalam Sejarah Turunnya Wahyu Pertama

Gua Hira, Dalam Sejarah Turunnya Wahyu Pertama
Allah berfirman yang artinya,"Tiadalah Kami utus engkau (Muhammad), melainkan untuk seluruh umat manusia, membawa kabar gembira, dan memberi peringatan. Namun kebanyakan manusia tidak mengerti." (QS Saba` 28) 

Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Allah Ta'ala, rangkaian kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.

Gua Hira, Awal Sejarah Turunnya Wahyu Allah (2)

Gua Hira
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah dengan rasa takut amat sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika sampai di rumah dan di sambut dengan istrinya Khadijah. 

Namun, saat itu jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rasul Allah dan akulah Jibril.”
Artikel sebelumnya: Gua Hira, Dalam Sejarah Turunnya Wahyu Pertama

Muhammad menerima kalimat Ilahi secara bertahap, secara berangsur-angsur. Fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah Syayidina Ali KWJ.

Suatu saat, ketika dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya, Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia.

Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). Lalu beliau menambahkan,Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda.

Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.”

Ketika pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku, sel-sel kelabu otak masing-masing yang hadir mendadak membeku, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, “Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.”

Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”. Ali kemudian sering disebut Karamallahu Wajhah (KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak pernah menyembah berhala ataupun memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala.

Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri.

Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, melihat bukti hidup tentang kemuliaan akhlak yang nyata, menyelaminya, dan mematuhinya, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.

Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus mencemoohnya, menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi ingin membunuhnya.

Banyak cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad. Suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata, “Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya.”

Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata, “Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.” Nabi menjawab, “Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka”. Abu Jahal bangkit sambil berkata, “Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya”. Nabi menjawab, “Kalian harus mengakui keesaan Tuhan”.

Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata, “Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan (berhala) dan menyembah kepada satu Allah saja?”
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.”

Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy. Tiap hari Nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut pembalasan dari Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi.

Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus, para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam.

Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.”

Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad. Mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”

Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syiib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah Nabi bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan.

Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita. Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Namun, ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah SAW, dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian.

Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita).

Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah az Zahra, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu. Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya, “Ayah, kemana Ibu?” Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya.

Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad. Akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya Umat Islam yang lebih terorganisir. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit, dan lanjut usia.

Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari. Masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”

Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi.

Kepada Ali Nabi berkata, “Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib.” Ali menempati ranjang Nabi sejak sore.


Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.Wallahu a`lam bishawab.


Sumber:
1) witness-pioneer.org/vil/Books/SM_tsn/ch1s7.html
2) muhammad.atmonadi.com/?p=23

Gua Hira, Awal Sejarah Turunnya Wahyu Allah (2)

Gua Hira
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah dengan rasa takut amat sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika sampai di rumah dan di sambut dengan istrinya Khadijah. 

Namun, saat itu jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rasul Allah dan akulah Jibril.”

Peralatan Kecil yang Punya Arti Besar

Peralatan Kecil yang Punya Arti Besar
Tidak sedikit jamaah haji yang membawa handphone, kamera foto digital hingga handycam yang perlu disetrum atau di charge power nya. Jumlah tusukan atau colokan untuk menyetrum di hotel dan pemondokan terbatas dan belum tentu cocok.

Semuanya ingin men-charge powernya dalam waktu yang relatip lama. Rata-rata sekitar 1 sampai 3 jam. Untuk mengatasinya, sebaiknya setiap calon haji sudah mempersiapkan diri dari tanah air, minimal membawa colokan listrik “leter T” dan Colokan listrik “Kaki Tiga”.

Cegah Dehidrasi, PPIH Arab Saudi Tambah Air Minum Para Jemaah

Pelaksanaan haji tahun ini bertepatan dengan musim panas di Arab Saudi. Suhu harian di Mekkah tergolong panas, rata-rata di atas 40 derajat celcius. Suhu di Madinah dalam beberapa hari terakhir ini bahkan lebih panas lagi. Suhu udara yang demikian tinggi berpotensi menyebabkan dehiderasi.

Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat mengatakan bahwa Kementerian Agama telah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi potensi jemaah mengalami dehiderasi.

Jamaah di Madinah Perlu Hemat Energi Untuk Umrah dan Haji di Mekah

Jamaah di Madinah Perlu Hemat Energi Untuk Umrah dan Haji di Mekah
Jamaah calon haji Gelombang I yang mendarat di Madinah harus pandai-pandai memanfaatkan waktu guna menghadapi ibadah haji saat puncaknya nanti yang lebih membutuhkan energi yang prima.

Kepala Daerah Kerja Madinah Nsrullah Jasam mengatakan bahwa sebelum diberangkatkan ke Mekah, harus dipasikan jamaah mendapatkan hak-haknya selama di Madinah dalam melaksanakan ibadah arbain.

Jamaah dari Madinah akan Berangkat ke Mekah Mulai 30 Agustus

Jamaah dari Madinah akan Diberangkatkan ke Mekah Mulai 30 Agustus 2015
Jamaah calon haji gelombang I yang mendarat di bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) akan mulai diberangakatkan ke Mekah untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji mulai Minggu (30/8/2015).

Pemberangkatan pertama akan mulai disipakan setelah subuh di terminal hijrah kemudian jamaa akan diangkut ke Bir Ali untuk melakukan miqot dan ihrom.

Jamaah Terkendala Visa Pasti Berangkat Haji

Jamaah Terkendala Visa Pasti Berangkat Haji
Kementerian Agama menjamin calon jamaah haji yang belum berangkat ke Tanah Suci akibat terkendala visa akan segera berangkat sebelumn Kelompok Penerbangan (Kloter) terakhir berangkat ke Jedah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis mengungkapkan bila saat ini proses pembuatan visa sudah lancer dan hamper rampung seluruhnya “Pasti bisa berangkat, saya dengar saat ini proses visa sudah lancer,” ucap Sri di Makkah, Selasa (24/8/2015).

Jumlah Jemaah Haji Wafat Tambah Jadi Lima Orang

Jumlah Jemaah Haji Wafat Bertambah Menjadi Lima Orang
Informasi terakhir yang diterima wartawan Media Center Haji, hari ini Kamis (27/08) dua jemaah haji dilaporkan wafat di Madinah. Masri bin Djimun Kasan (63 tahun) dan Azwardy bin ilyas (64 tahun). Masri bin Djimun Kasan berjenis kelamin perempuan asal Madiun Jawa Timur yang tergabung dalam kloter SUB 02.

Sebanyak 27.546 Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

Sebanyak 27.546 Jemaah Haji Indonesia Sudah Tiba di Madinah
Berdasarkan data dari Siskohat jemaah haji Gelombang 1 yang sudah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) hingga Kamis (27/08) pukul 06.00 waktu Arab Saudi sebanyak 27.546 orang.

Siskohat juga mencatat sudah ada 68 kelompok terbang (kloter) jemaah yang sudah menempati pemondokan di sekitar Masjid Nabawi. Jumlah tersebut terdiri dari 27.546 jemaah ditambah dengan 340 petugas sehingga seluruhnya sudah ada 27.886 orang yang berada di Madinah.

Ibadah Sunah Membuka Pintu Rejeki, Saya Membuktikannya

Ibadah Sunah Membuka Pintu Rejeki, Saya Membuktikannya
Ibadah sunah memang membuat hidup salah satu sahabat ini menjadi lebih indah dengan rejeki yang melimpah.

Saya tinggal di salah satu desa kabupaten Lumajang, mayoritas penduduk di sana berprofesi sebagai petani, begitu juga dengan orang tua saya. Setelah lulus pendidikan salah satu airlines di Sidoarjo, saya sempat bingung mau kerja apa. Saya sudah mencoba melamar pekerjaan ke banyak perusahaan tapi tak satupun yang berhasil.


Kisah ini dikutip kembali dari vemale.com


Saya memiliki hobby gardening, saya senang menanam bunga. Dari hobi itu, saya menanam bunga melati di halaman rumah sebagai pengharum alami, dan inilah rupanya awal mula Allah SWT membuka jalan usaha dan pintu rejeki.

Salah seorang tetangga saya seorang perias pengantin, dari tetangga inilah saya melihat sebuah peluang usaha.  Saya disarankan belajar merangkai bunga melati. Dari satu perias saya bertemu perias lainnya untuk belajar. Akhirnya orangtua saya mengijinkan saya menanam melati di sebidang tanah bekas sebelah rumahku.  Tak banyak yang saya tamam, tidak lebih dari 100 pohon mengiringi usaha saya.

Saya berusaha memperbaiki diri dengan meningkatkan kualitas ibadah ke Allah SWT. Dari semula yang hanya melakukan ibadah wajib, saya mulai hidupkan ibadah sunah. Shalat  dhuha dan shalat tahajud mulai saya jalankan, dan tak lupa sedekah. Semula saya ragu apa iya saya mampu istikhomah sedekah mengingat penghasilan saya tidak stabil. Namun keraguan tidak mengalahkan niat saya, saya harus mencoba! Di mana ada keinginan di situ ada jalan, begitu kata sebuah kata bijak yang pernah saya dengar.

Niat saya untuk sedekah saya awali dengan melubangi sebuah kaleng bekas waffer yang saya letakkan di meja kamarku. Fungsinya sebagai kotak sedekah. Setiap selesai shalat subuh saya awali pagi hari dengan sedekah. Alhamdulilah tak terasa Ramadan kali ini adalah Ramadan kelima, dan dalam kurun waktu lima tahun ini Subhanallah yang telah Allah berikan dalam kehidupan saya.

Dari bunga melati yang tak lebih dari 100 pohon saya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama kakak saya. Saya sudah tidak tinggal serumah dengan orang tua walaupun saya belum menikah. Selain itu saya Alhamdulillah bisa membeli kendaraan baru tanpa kredit, hidup mandiri tanpa minta orang tua, dan banyak hal yang telah saya lakukan dari hasil usaha bunga ini. Saat ini insyaAllah saya berencana membeli kebun sendiri, semoga Allah SWT meridai.

Orang tua dan keluarga saya tidak menyangka bahwa dari tanaman bunga di halaman rumah yang tak seberapa telah banyak membantu saya. Saya rasakan keberkahan rejeki yang luar biasa, hidup saya jadi tenang, dan selalu merasa optimis karena yakin bahwa ada Allah SWT menyertai setiap langkah saya.

Kini, keresahan, kekhawatiran, kegalauan tak lagi saya rasakan. Hidup saya rasakan tenang dan damai. Sedekah tidak akan membuat kita miskin, itu janji Allah, dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Sampai saat ini Alhamdulillah saya masih bisa bersedekah, keraguan saya karena penghasilan tidak stabil dijawab Allah SWT dengan diberi kelancaran, hidup bersama Allah SWT memang indah.

Bagi teman-teman yang masih bingung mencari pekerjaan cobalah menggali potensi diri, kita hidup pasti diberi bekal oleh Allah dengan sebuah potensi. Bagi yang ingin berwirausaha bisa memulai dari hobi, karena dengan hobi insyaAllah bisa menjadi profesi, dan dari hobi insyaAllah bisa membawa hoki.

Dan jangan lupa sertakan selalu Allah SWT dalam semua ikhtiar kita. Pasti hidup akan menjadi berkah. Hidup sukses dunia dan akhirat adalah cita cita yang harus kita perjuangkan.

vemale.com
 

Ibadah Sunah Membuka Pintu Rejeki, Saya Membuktikannya

Ibadah Sunah Membuka Pintu Rejeki, Saya Membuktikannya
Ibadah sunah memang membuat hidup salah satu sahabat ini menjadi lebih indah dengan rejeki yang melimpah.

Saya tinggal di salah satu desa kabupaten Lumajang, mayoritas penduduk di sana berprofesi sebagai petani, begitu juga dengan orang tua saya. Setelah lulus pendidikan salah satu airlines di Sidoarjo, saya sempat bingung mau kerja apa. Saya sudah mencoba melamar pekerjaan ke banyak perusahaan tapi tak satupun yang berhasil.


Kisah ini dikutip kembali dari vemale.com

Al Aqsha, Tempat Pahala Shalat Dilipatgandakan

Al Aqsha, Tempat Pahala Shalat Dilipatgandakan
Secara historis, Masjidil Aqsha (Al Aqsha) memiliki peran strategis dalam perkembangan peradaban dan kehidupan religi umat manusia. Sejak dulu masjid ini menjadi pusat tersebarnya syiar-syiar para nabi ‘alaihim ash-shalatu wa salam. Berada di kota Yerusalem, kota yang juga bernama Al Quds ini menjadi saksi dari begitu banyak Nabi Allah yang menyampaikan dakwahnya di tanah suci yang sarat dengan kemuliaan didalamnya.

Keutamaan Shalat di Al Aqsha

Al Aqsha, luas area komplek masjid ini adalah 144 dunum, 1 dunum sama dengan 100 meter persegi, luas ini tidak bertambah/berkurang dalam kurun sejarahnya, berbeda dengan Masjid al-Haram dengan Masjid an-Nabawi yang terus mengalami perluasan.

Umat Muslim yang shalat di dalam komplek Al Aqsha ini, baik di bawah pepohonan yang ada di sana, teras-teras bangunan, di Qubbatus Sakhrah, atau di Jami’ al-Qibli, maka pahala shalatnya akan dilipatgandakan.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, lalu kami membicarakan mana yang lebih utama Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi pen.) ataukah Masjid Baitul Maqdis.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


“Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat di Masjid al-Aqsha, dan Masjid al-Aqsha adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir tiba suatu masa, dimana seseorang memiliki tanah seukuran tali kekang kudanya, dari tempat itu terlihat Baitul-Maqdis, hal itu lebih baik baginya dari dunia seluruhnya atau beliau mengatakan lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya.” (HR. Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Diantara keutamaan Al Aqsha, Allah SWT mengampuni dosa umat Muslim yang shalat di dalam Al Aqsha, Rasulullah SAW bersabda;“Sesungguhnya Sulaiman bin Dawud SAW tatkala ingin membangun (memugar) Masjid Baitul Masjid, maka ia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- tentang tiga hal: Dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- hukum (keputusan) yang sesuai dengan hukum-Nya, lalu ia pun diberi; dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- suatu kekuasaan yang tak pantas bagi seorangpun setelah Sulaiman, lalu ia pun diberi; Dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- setelah usai memugar Masjidil Aqsha agar tak ada seorang pun yang datang, sedang tak ada yang mendorongnya (untuk datang), selain shalat di dalamnya agar orang itu dikeluarkan dari kesalahan (dosa)nya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya". HR. An-Nasa’i dalam Sunan-nya (693), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1408).

Jadi, dengan shalat di Masjidil Aqsha, Allah SWT mengampuni dosa umat Muslim. Ini keutamaan besar yang Allah berikan kepada umat yang shalat di sana. Perbandingan kebaikan shalat di Masjid Nabawi dengan di Al Aqsha, adalah empat banding satu. Ini maksudnya jika shalat sekali di Nabawi, kita akan mendapatkan seribu kali pahala sholat atau lebih baik lagi. Dengan shalat di AlAqsha, kita akan mendapatkan sebanyak 250 pahala sholat.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Abu Dzar RA, ia mengatakan, "Kami pernah berbincang-bincang, sedang kami di sisi Rasulullah "Manakah yang lebih afdhal (utama), apakah Masjid Rasulullah (Al Nabawi) ataukah Masjid Baitul Maqdis (Al Aqsha)?"

Maka Rasulullah bersabda, “Shalat di masjidku ini lebih afdhal dibandingkan empat kali shalat di dalamnya (Al Aqsha). Dia adalah sebaik-baik tempat shalat. Hampir-hampir seorang tidak memiliki tanah senilai tali kuda, dimana akan diperlihatkan Baitul Maqdis baginya dari tempat itu. Itu (tanah sekecil itu) adalah lebih baik baginya dibandingkan dunia seluruhnya". –atau beliau bersabda-, "lebih baik dibandingkan dunia, dan sesuatu yang ada di dalamnya“.

HR. Ibrahim bin Thahman Al-Khurasaniy dalam Masyikhah-nya (hal.119), Ath-Thabraniy dalam Al-Ausath (6983 & 8230), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8553), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (4145), dan lainnya.

Tempat Mencari Pahala dan KeutamaanDalam ajaran Islam, seorang Muslim dianjurkan untuk melakukan safar, berziarah ke suatu tempat ibadah untuk memperoleh pahala dan kemuliaan. Rasulullah bersabda;"Tidak ber-safar, kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul SAW (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha". HR. Al-Bukhari (1189), dan Muslim (1397)

I'tikaf Yang Paling Utama
I’tikaf yang paling utama dilakukan oleh setiap Muslim adalah i'tikaf pada salah satu dari tiga masjid itu, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha, dengan ber-safar. Rasulullah bersabda; “Tak ada i’tikaf (yang sempurna, pent-), kecuali di tiga masjid: Masjid Madinah (Masjid Nabawi), Masjid Mekkah (Masjidil Haram), dan Masjid Iliya (Masjidil Aqsha)"[HR. Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (8357), Ath-Thabrani dalam dalam Al-Kabir (9511), dan lainnya.

Pembangunan (kembali) Masjid Al AqshaNabi Muhammad SAW bersabda; "Pembangunan Baitul Maqdis adalah (waktu) hancurnya kota Madinah. Hancurnya Madinah adalah (waktu) munculnya perang besar. Muncul-nya perang besar adalah (waktu) direbutnya Qostantiniyah (kerajaan Romawi). Direbutnya Qostantiniyah (kerajaan Romawi) adalah (waktu) keluarnya Dajjal“. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4294), Ahmad dalam Musnad-nya (22076 & 22174), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8297), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (214), dan lainnya.

Sebagai penegasan makna atas hadist tersebut Al-Allamah Syamsul Haq Al-Adhim Abadi mengatakan, “Pendapat yang paling benar, yang dimaksud dengan pembangunan Baitul Maqdis adalah kesempurnaan dalam hal pembangunan, yaitu pembangunan Baitul Maqdis secara sempurna lagi melebihi batas, saat hancurnya kota Madinah, karena Baitul Maqdis tak akan hancur“. [Aunul Ma’bud (11/270)]


Masjdil Aqsha tak akan Dimasuki Dajjal

Allah-Ta’ala telah memberikan keutamaan kepada Al Aqsha sebagaimana Mekkah, Madinah, serta Thur;Dajjal tidak akan memasuki ke tempat-tempat ini sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mujahid RA berkata :“Selama enam tahun, kami di bawah pimpinan Junadah bin Abi Umayyah.

Dia pernah berdiri memberikan khutbah kepada kami seraya berkata,“Kami pernah mendatangi seorang Anshor (Ubadah bin Ash-Shamit) dari kalangan sahabat Rasulullah. Kami pun masuk menemuinya seraya berkata, “Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang pernah Anda dengar dari Rasulullah, jangan Anda ceritakan kepada kami sesuatu yang kau dengarkan dari orang-orang”, lalu kamipun mendesaknya.


Maka dia (Ubadah bin Ash-Shomith) berkata, “Rasulullah pernah berdiri di depan kami seraya bersabda, “Aku ingatkan kalian (bahaya) Al-Masih (yakni, Dajjal). Dia adalah seorang yang buta sebelah matanya –Rowi berkata, “Aku yakin ia bersabda,”yang kiri”–. Akan berjalan bersamanya gunung-gunung roti, dan sungai air. Tandanya, ia akan tinggal di bumi selama 40 hari.

Kekuasaannya akan mencapai semua tempat minum (telaga). Dia tak akan mendatangi empat masjid: Masjid Ka’bah, Masjid Rasul, Masjidil Aqsha, dan Thur (Thursina’).Apapun yang terjadi, ketahuilah bahwa Allah -Azza wa Jalla- tidaklah buta sebelah. –Ibnu Aun (rawi) berkata,”Aku yakin ia bersabda,– ditundukkan baginya seorang laki-laki; Dajjal pun membunuhnya, lalu ia hidupkan, dan tidak ditundukkan selainnya“. [HR. Ahmad (5/364). Di-shahih-kan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (23139)]

Begitu banyak keutamaan yang diberikan oleh Allah SWT pada Masjid Al Aqsha dan Yerusalem. Ironis-nya, hingga saat ini umat Islam sulit mendapat akses dan tak leluasa berziarah karena Palestina dan negara-negara Muslim (khususnya yang berada di sekitar Palestina), dengan berbagai alasan belum mampu membebaskannya kembali dari zionis Israel.(*)


Penulis: Gus Arifin, Editor: Erwin E Ananto

Keutamaan Shalat di Al Aqsha

Keutamaan Shalat di Al Aqsha
Al Aqsha, luas area komplek masjid ini adalah 144 dunum, 1 dunum sama dengan 100 meter persegi, luas ini tidak bertambah/berkurang dalam kurun sejarahnya, berbeda dengan Masjid al-Haram dengan Masjid an-Nabawi yang terus mengalami perluasan.

Umat Muslim yang shalat di dalam komplek Al Aqsha ini, baik di bawah pepohonan yang ada di sana, teras-teras bangunan, di Qubbatus Sakhrah, atau di Jami’ al-Qibli, maka pahala shalatnya akan dilipatgandakan.

Ibnu Bathutha, Petualangan Agung Menuju Tanah Suci

Ibnu Bathutha, Petualangan Agung Menuju Tanah Suci
Ibnu Bathutha, sepanjang 30 tahun usianya, ia menghabiskan waktu berpetualang ke berbagai belahan dunia, dan menjejakkan kaki ke hampir seluruh negeri. Dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Utara, Timur Tengah, Benua Hindia, India, Asia Tengah, hingga ke dataran Cina.

Ia menuliskan kisah petualangannya yang luar biasa meliputi berbagai aspek; geografis, politis, historis, ragam budaya lokal dan kepribadian setiap kaum di berbagai wilayah yang dikunjunginya. Sebuah perjalanan yang sarat pengalaman dan ilmu pengetahuan. Ini melampaui rekam jejak perjalanan yang dilakukan oleh Marco Polo.

Pada masa itu kebanyakan orang merintis perjalanan untuk membuat peta terbaik perjalanan ibadah Haji. Namun Bathutha menjadikan konteks setiap jejak perjalanannya memiliki makna yang lebih luas dan mendalam.

Bathutha atau Abu Abdullah Muhammad ibn ‘Abdullah al-Lawati  ath-Thanji ibn Bathutha, ia lahir pada 1304 Masehi di Tangier. Sebuah kota di dekat Selat Jabal Thariq (Gibraltar) Maroko, dan tumbuh sebagai pemuda yang sangat berbakat. (Baca selengkapnya)


Penulis: Gus Arifin, Editor: Erwin E Ananto
jumrah.com

Ibnu Bathutha, Petualangan Agung Menuju Tanah Suci

Ibnu Bathutha, Petualangan Agung Menuju Tanah Suci
Ibnu Bathutha, sepanjang 30 tahun usianya, ia menghabiskan waktu berpetualang ke berbagai belahan dunia, dan menjejakkan kaki ke hampir seluruh negeri. Dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Utara, Timur Tengah, Benua Hindia, India, Asia Tengah, hingga ke dataran Cina.

Panduan Beribadah di Masjid Nabawi

Panduan Beribadah di Masjid Nabawi
Banyaknya jamaah yang datang untuk berhaji membuat semuanya berjalan berdesakan. Ini salah satu alasan kita bisa kesasar ke lokasi yang tidak kita ketahui. Tidak gampang bagi kita untuk kembali ke lokasi kita semula atau yang kita tuju, apa lagi jika kita tak menguasai bahasa Arab.

Jemaah Haji Wafat Menuju Tanah Suci Akan Dibadalkan Kementerian Agama

Jemaah Haji Wafat Menuju Tanah Suci Akan Dibadalkan Kementerian Agama
Bagi keluarga jemaah calon haji tidak perlu repot mengurus badal haji bila keluarganya yang berangkat haji tahun ini meninggal dunia dalam proses perjalanan menuju Tanah Suci.

Kepala Daerah Kerja Madinah Nasrullah Jasam menjelaskan bila ada jemaah yang meninggal dunia, ketua kloter akan melaporkan bila ada jemaah yang meninggal. Kemudian nantinya akan dibadalkan dibawah tanggungjawab Daerah Kerja Mekah khususnya Kepala Seksi Bimbingan Ibadah.

Kendala Visa Haji Bukan Hanya di Indonesia

Kendala Visa Haji Bukan Hanya di Indonesia
Dalam pertemuan Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah Nasrullah Jasam dengan Ketua Muassasah Adilah Adilla Hateem Dja'far Bali beserta jajarannya di Hotel Massa Al Bustan, Senin (24/08) malam, terungkap bila kendala visa haji bukan hanya dialami Indonesia saja.

Hateem Dja’far Bali yang ditemui wartawan MCH usai pertemuan tersebut mengungkapkan bahwa Pemerintah Arab Saudi untuk penyelenggaraan haji saat ini menggunakan sistem baru dimana visa akan keluar bila sudah memenuhi paket pelayanan selama seoranga jemaah berada di Makkah dan Madinah. Penggunaan sistem paket sengaja dilakukan Pemerintah Arab Saudi guna memberikan peningkatan pelayanan yang lebih baik dalam pelaaksanaan haji.

Tak Kunjung Ahli Mengurus Jemaah Haji

Tak Kunjung Ahli Mengurus Haji
SALAH satu tugas utama negara ialah melayani warga negara sebaik-baiknya. Itulah sebabnya pegawai negara atau pegawai negeri dalam bahasa Inggris disebut civil servant, pelayan masyarakat. Di Indonesia, sebutan pegawai negara ialah pegawai negeri sipil atau PNS. Bila frasa civil servant atau pelayan masyarakat mengandung makna fungsi, frasa pegawai negeri sipil menyandang makna status.

Menelusuri Asal Muasal Bangsa-Bangsa

Menelusuri Asal Muasal Bangsa-Bangsa
Dalam perjalanan kenabian Nuh AS pada 3993-3043 SM dikisahkan ia bertemu dengan seorang wanita yang beriman kepada Nuh. Ia bernama Umrah, Nuh yang saat itu berusia 500 tahun menikahinya. Mereka dikaruniai tiga orang putra laki-laki yaitu Yafet, Sam, dan Ham. Ketiga putra Nuh inilah yang menjadi awal dari lahirnya bangsa-bangsa di bumi ini. Selain itu lahir pula tiga putri Nuh yaitu Hishwah, Sarah dan Bahyurah.

Pada masa berikutnya, beriman pula kepada Nuh, wanita bernama Wal′ab binti ′Ajwil yang dinikahinya dan melahirkan dua orang putra, Balus dan Kan′an. Kan′an dan ibunya, keduanya tenggelam saat banjir dahsyat.


Dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa hierarki nasab setiap orang dari ras manusia di bumi ini, kembali pada putra-putra Nuh yaitu Sam, Ham, dan Yafet.

Imam Ahmad meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Sam adalah moyang Arab, Ham adalah moyang Habsyah, dan Yafet adalah moyang Rum." Yang dimaksud Rum (Romawi) disini adalah bangsa Rum yang pertama, yaitu orang-orang Yunani (Yawan) yang hierarki nasabnya sampai kepada Rumi bin Labthi bin Yunan (Yawan) bin Yafet bin Nuh. (Ibnu Katsir di dalam al-Bidayah wa al-Nihayah).

Al-Qalaqsyandi di dalam Nihayat al-Arab fi Ma′rifat Ansab al-Arab menyebutkan telah ada kesepakatan di kalangan para ahli nasab (genealogis) dan para sejarawan bahwa seluruh ras manusia yang ada setelah Nuh adalah selain orang yang bersamanya di kapal. Atas makna ini ditafsirkan firman Allah; 


"(yaitu) putra cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. Al-Isra′ (17) : 3)

Dan bahwa mereka semua punah dan tidak menurunkan keturunan. Kemudian, mereka sepakat bahwa seluruh keturunan manusia sekarang adalah dari tiga putra Nuh. Allah berfirman: 


"Dan Kami jadikan putra cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan." (QS. Al-Shaffat (37) : 77)

Mereka adalah Yafet, Sam, dan Ham. Setiap umat dari seluruh umat yang ada di bumi saat ini kembali nasab mereka kepada salah satu dari tiga putra Nuh, tentu saja bersama dengan beragam pendapat mengenai hal itu.

Yafet bin Nuh

Ras Turki berasal dari keturunan Turk bin Gomer bin Yafet, dan termasuk di dalam ras mereka adalah Qabjaq, Tatar, dan Khazlajiah yang merupakan bangsa Ghuz (Kushan). Negeri-negeri Al-Shafd yaitu Ghor, Elan, Syarkes, Azkesy, dan Rusia, seluruhnya dari ras Turki. Bangsa Dailam dari keturunan Madai bin Yafet. Shaqalibah (orang-orang Slaves/Slavia) dari keturunan Esykanar bin Togarma bin Yafet.

Ras Cina, termasuk bangsa Cina, Jepang, Korea, Indo- china, Melayu, dan Indonesia (pen) dari keturunan Shin bin Magog bin Yafet. Bangsa Francs (Perancis) dari putra Tubal bin Yafet. Bangsa Leman dari putra Tubal bin Yafet dan kediaman mereka di sebelah Barat ke arah Utara di bagian Utara Laut Rum (Laut Tengah). Orang Atsban dari putra Mesekh bin Yafet.

Bangsa Yunan (Yawan) berasal dari putra Yunan bin Yafet dan mereka terpecah menjadi tiga kelompok. Orang-orang Lithan adalah keturunan Lathen bin Yunan. Bangsa Greek, keturunan Greeks bin Yunan. Orang-orang Keitim berasal dari keturunan Kuteim bin Yunan dan kepada kelompok inilah kembali hierarki nasab bangsa Romawi.

Sam bin Nuh

Al-Jaramiqah berasal dari keturunan Basel bin Asyur bin Sam bin Nuh. Mereka adalah penduduk Mosul, termasuk Al-Jael, yang tinggal di negeri Kaelan di Timur Bangsa Suryani berasal dari keturunan Suriyan bin Nobet bin Mesh bin Adam bin Sam.

Sedangkan, bangsa Ibrani dari keturunan ′Amir bin Syalekh (Selah) bin Arpakhsad bin Sam. Bangsa Persia dari keturunan Pers bin Lud bin Sam. Bangsa Kurd dari keturunan Iran bin Asyur bin Sam. Bangsa Nabatea, dan mereka adalah penduduk Babel pada masa lalu, berasal dari keturunan Lanebet bin Asyur bin Sam.

Bangsa Arab, mereka berasal dari putra Sam berdasarkan kesepakatan para ahli nasab (genealogis). Terjadi perbedaan pendapat mengenai Barbar, apakah mereka termasuk ras Arab atau ras lainnya.

Ham Bin Nuh

Bangsa Sind dari Keturunan Kush bin Ham, begitu juga bangsa Habsyah. Bangsa Nubia dari putra Kan′an bin Ham. Sedangkan, Zandj (Negro) dari keturunan Zandj tanpa disebutkan hierarki nasab mereka hingga ke atas, namun sangat mungkin bahwa mereka adalah keturunan Ham. Koptik (Qibti)/Mesir dari keturunan Qibtaem bin Misr bin Beishar bin Ham. Qut (Goth) dari putra Qut bin Ham. Bangsa Kan′an berasal dari putra Kan′an bin Ham. Bangsa India berasal dari keturunan Kush bin Ham.

Sementara itu, Zawilah, penduduk Barqah pada masa lalu, disebutkan berasal dari keturunan Hawilah bin Kush bin Ham. Ya′juj dan Ma′juj dari putra Magog bin Yafet. Dan bangsa Armenia berasal dari putra Qahawel (Tamawel) bin Nakhur (Nahor) dari dzuriat Ibrahim.

Kekacauan Bahasa

Abu Hanifa al Dainuri menyebutkan bahwa pada suatu masa (Raja Jamm), terjadi kekacauan bahasa (language isolates). Saat itu, putra-putra Nuh di wilayah Babel atau Babylonia atau Mosul atau Kurdi (sekarang Irak) makin memadati wilayah itu. Mereka menggunakan bahasa Suryani, bahasa yang digunakan oleh Nuh.

Namun pada beberapa masa berikutnya seiring dengan berpencarnya mereka, terjadilah kekacauan bahasa. Mereka berbicara dengan kelompoknya (keluarga, suku) memakai bahasa dan ungkapannya masing-masing, yang selanjutnya diwarisi oleh keturunannya.

Kelompok pertama yang keluar dari Babel berpencar ke Utara dan ke Timur adalah keturunan Yafet bin Nuh, mereka tujuh bersaudara yaitu; Al Turk, Al Khazar, Shaqlab (Slavia), Taris, Menesk, Kumari (Ghomari), dan Shin.  


Sedangkan, kelompok kedua adalah keturunan Ham bin Nuh, berpencar ke arah Selatan (tenggara) dan Barat, mereka juga tujuh bersaudara yaitu; Al Sind, Al-Hind (India), Zandj, Habsy (Ethiopia), Nubah dan Kan′an (bukan Kan′an yang tenggelam saat banjir).  

Kelompok ketiga adalah Sam bin Nuh, mereka tetap tinggal bersama Jamm (Raja Babel), dengan bahasanya sendiri antara lain bahasa Ibrani (Hebrew-bahasa Taurat), Suriyani (bahasa Injil) dan Arab (bahasa Al Qur′an).

Referensi : Kitab Bidayah wa Nihayah lil Ibn Katsir; Bada′iuz Zuhur lil Ahmad bin Muhammad al Hanafi, Atlas Qur′an, Dr Syauqi.


jumrahonline

Menelusuri Asal Muasal Bangsa-Bangsa

Menelusuri Asal Muasal Bangsa-Bangsa
Dalam perjalanan kenabian Nuh AS pada 3993-3043 SM dikisahkan ia bertemu dengan seorang wanita yang beriman kepada Nuh. Ia bernama Umrah, Nuh yang saat itu berusia 500 tahun menikahinya. Mereka dikaruniai tiga orang putra laki-laki yaitu Yafet, Sam, dan Ham. Ketiga putra Nuh inilah yang menjadi awal dari lahirnya bangsa-bangsa di bumi ini. Selain itu lahir pula tiga putri Nuh yaitu Hishwah, Sarah dan Bahyurah.

Memompa Kekuatan Ekonomi Syariah di Tanah Air

Memompa Kekuatan Ekonomi Syariah di Tanah Air
Haji, Umrah, Zakat, Infaq, dan Shodaqah merupakan kegiatan ibadah umat Muslim yang memiliki potensi ekonomi sangat besar. Di Indonesia, dari aktivitas ibadah tersebut nilainya mencapai 100-an triliun rupiah. Jumlah sebesar itu seharusnya mampu menggerakan roda ekonomi berbasis syariah, yang memberi nilai tambah bagi kepentingan ibadah dan muamalah umat Muslim di Tanah air.

Di Indonesia, pengembangan ekonomi berbasis syariah sudah bertahun-tahun dirintis oleh para cendekiawan muslim tanah air, namun kemajuannya saat ini masih relatif lambat termasuk soal aset yang masih minim dibanding bank konvensional. Bahkan aset perbankan syariah di Malaysia mencapai 125 milyar US dolar, jauh lebih unggul dibandingkan di Indonesia 20 milyar US dolar.

Pertumbuhan aset perbankan syariah Indonesia 4%, masih sangat kecil, dibawah Turki 7%, sedangkan Malaysia mencapai 22%. Berbekal secuil data tersebut, redaksi menemui Ali Masykur Musa, yang akrab dipanggil Cak Ali, mencari jawaban perihal kemajuan ekonomi syariah di Indonesia.


Baca juga Wawancara tentang:
1) Memompa Kekuatan Ekonomi Syariah di Tanah Air
2) Keunggulan Ekonomi Syariah dari Konvensional
3) Mungkinkah Mekanisme Syariah Untuk Pelaksanaan Umrah?